Reporter: Abdul Basith | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor mutiara budidaya Tanah Air terus bertumbuh. Sejak Januari hingga September 2017, Indonesia mengekspor mutiara budidaya senilai US$ 8,47 juta.
Angka itu, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), lebih tinggi 43% dibanding periode yang sama tahun 2016, yang sebesar US$ 5,93 juta.
"Ekspor terbesar mutiara budidaya Indonesia ke Hong Kong dan Jepang," ujar Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Nilanto Perbowo Selasa (7/11).
Indonesia merupakan produsen mutiara laut selatan terbesar di dunia. Dari sebesar 11 ton produksi mutiara laut selatan dunia, Indonesia menyumbang sebesar 5 ton.
Proses produksi mutiara yang tidak mudah, yang menjadikan harga mutiara tinggi. Penggunaan teknologi juga diperlukan dalam produksi mutiara yang baik.
Selain itu kondisi perairan yang baik diperlukan untuk produksi mutiara lebih baik, selain kebersihan laut.
"Produksi mutiara memakan waktu bertahun-tahun. Sampah dan limbah akan merusak mutiara," terang Nilanto.
Nilanto bilang, luas laut yang layak digunakan untuk produksi mutiara masih sedikit.
Terdapat beberapa lokasi sentra budidaya di Indonesia. Antara lain adalah Sumatera Barat, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Utara (Sulut), Sulawesi Tenggara (Sulteng), dan Maluku Utara.
Pasar dalam negeri pun masih terus dikembangkan. Nilanto bilang pemerintah mendorong masyarakat dalam negeri untuk mengenal mutiara.
Proses tersebut ditujukan agar masyarakat Indonesia dapat membeli mutiara di dalam negeri. "Apabila masyarakat mengenal mutiara diproduksi di Indonesia, diharapkan masyarakat membeli di dalam negeri tidak perlu keluar," pungkas Nilanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News