Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Nilai ekspor seluruh komoditas kehutanan Indonesia kelompok A tahun 2013 naik tipis dibandingkan tahun 2012. Berdasarkan data Kementerian Kehutanan periode Januari-Desember 2013 yang diolah dari Sistem Informasi Legalitas Kayu, nilai ekspor kelompok A produk kehutanan Indonesia mencapai US$ 5,75 miliar. Angka ini naik 11,21% ketimbang 2012.
Produk kehutanan dalam kelompok A ini meliputi kayu panel, kayu olahan (woodworking), bubur kertas (pulp), kertas, dan bangunan kayu prefabrikasi. Dari lima jenis produk tersebut, nilai ekspor tertinggi diraup oleh ekspor kayu panel dan pulp.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor kayu panel tahun 2013 mencapai US$ 2,64 miliar, naik 11,86% ketimbang tahun 2012 yang sebesar US$ 2,36 miliar. Dari sisi volume, ekspor kayu panel tahun 2013 naik 7,5% ketimbang tahun sebelumnya yang sebanyak 2,09 juta ton.
Dwi Sudharto, Direktur Bida Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan (BPPH) Kementerian Kehutanan mengatakan, secara total nilai ekspor seluruh kelompok produk kehutanan Indonesia tahun lalu mencapai US$ 6,08 miliar. "Tujuan ekspor kayu paling banyak ke Asia sebesar US$ 4,6 miliar atau sekitar 75,7% dari keseluruhan nilai ekspor," katanya kepada KONTAN Senin (20/1).
Kenaikan ekspor produk kayu olahan ini tidak terlepas dari penerapan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) yang dilakukan sejak awal tahun 2013 yang direspon positif oleh negara tujuan ekspor.
Meski secara keseluruhan nilai ekspor dan volume ekspor produk kehutanan Indonesia meningkat, tapi ekspor produk kertas justru susut. Pada tahun 2013, nilai ekspor kertas Indonesia sebesar US$ 603,77 juta, turun 1,23% ketimbang tahun sebelumnya yang sebesar US$ 611,33 juta.
Rusli Tan, Wakil Ketua Umum II Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) mengatakan, harga kertas di tahun 2013 memang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya lantaran banyaknya pasokan. "Permintaan kertas tahun 2013 terbatas, sementara suplai banyak," jelas Rusli.
Menurut Rusli, penurunan harga kertas tak hanya dialami Indonesia, namun juga oleh negara lain di pasar global. "Rata-rata harga kertas turun 20%-30% dibandingkan 2012," kata Rusli.
Rata-rata harga kertas di 2012 sekitar US$ 900 per ton, sementara harga di tahun 2013 bahkan hingga awal 2014 ini merosot ke US$ 700 per ton.
Saat ini, kata Rusli, permintaan kertas di dunia memang menunjukkan tren penurunan. "Namun tidak banyak lagi yang menggunakan produk berbahan kertas. Buku saja sudah ganti elektronik," kata Rusli beberapa waktu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News