Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Permintaan produk perikanan Indonesia meningkat tajam di pasar global. Peningkatan permintaan tersebut tak terlepas dari kebijakan pemerintah Indonesia yang gencar memberantas praktik illegal yang mendapat dukungan dunia internasional.
Hal itu terlihat dari perhelatan tahunan Seafood Expo Global (SEG) 2015 tanggal 21-23 April 2015 di Brussel. Dalam pameran itu, potensi transaksi peserta di pavilium Indonesia diperkirakan mencapai US$ 50 juta pada tiga bulan pertama pasca pemeran. Produk utama yang diminati adalah tuna, udang, snapper, grouper, octopus dan meka.
Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementeraian Kelautan dan Perikanan (KKP) Saut P. Hutagalung mengatakan, selain keikutsertaan pada SEG, Indonesia juga berpartisipasi pada 5th European Tuna Conference pada tanggal 20 April 2015 di Hotel Sheraton, Brussel.
Pada konferensi tersebut, Indonesia menyampaikan secara rinci langkah-langkah tegas Indonesia dalam melawan Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IUUF) termasuk kebijakan moratorium, larangan transhipment, pembentukan Satgas Anti-IUUF, evaluasi dan verifikasi kapal-kapal perikanan serta penenggelaman 24 kapal asing dan pemulangan 573 ABK asing ke negara asalnya.
Selain itu, Saut juga menjelaskan, penanganan kasus Benjina untuk memerangi IUUF dan beragam kejahatan lainya juga mendapat perhatian dunia. Ia bilang, Pemerintah Indonesia meminta agar negara-negara tujuan ekspor produk perikanan, seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Uni Eropa untuk menyetop impor produk ikan dari negara yang tidak memerangi kejahatan. "Justru keikutsertaan kita pada SEG 2015 memberi pesan pada pasar global bahwa produk perikanan kita memenuhi aspek utama kemanan produk," ujar Saut, Kamis (30/4).
Menurut Saut produk perikanan Indonesia memenuhi persyaratan yang ditetapkan negara-negara maju seperti faktor keamanan produk, sustainability dan aspek sosial menyangkut ketenagakerjaan. Komitmen itu disampaikan langsung kepada asosiasi, dan buyers atawa pembeli ikan di negara tujuan ekspor.
Secara khusus, Indonesia menggelar acara kampanye sustainability termasuk penanggulangan IUU Fishing dengan tema Enhancing Trust and Traceability. Kampanye dilakukan dengan dukungan dari lembaga-lembaga dunia maupun NGO internasional yang peduli dengan isu keberlanjutan antara lain IPNLF, SFP, CBI, AP2HI dan MDPI.
Dikemas melalui acara canape reception, berlokasi di paviliun Indonesia, Dirjen P2HP menyampaikan pesan-pesan kepada lebih dari 60 buyers dan para tamu dari berbagai organisasi perikanan. Disamping itu, Delegasi Indonesia juga menyampaikan langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah Indonesia terkait isu perbudakan (slavery) yang terjadi di Benjina.
Memaksimalkan kehadiran di Brussel pada SEG 2015, Indonesia melakukan serangkaian pertemuan dengan pihak-pihak kunci Komisi Eropa yang bertanggung jawab atas isu perikanan serta sejumlah tokok Parlemen Eropa, Think Tank dan LSM Lingkungan Global. Pertemuan dan pendekatan ini merupakan hal penting sebagai bagian dari kegiatan diplomasi ekonomi dengan berbagai pihak yang sangat berpengaruh terhadap penentuan kebijakan di UE.
KKP juga melakukan pertemuan dengan mitra-mitra yang telah menjalin kerjasama dalam pengelolaan perikanan, antara lain CBI Belanda, Seafood Importers and Processing Alliance (SIPA), Global Sustainable Seafood Initiative (GSSI), United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dan Swiss Import Promotion Programme (SIPPO).
Pengamatan yang dilakukan selama kegiatan SEG terhadap tren produk yang berkembang saat ini mengarah kepada produk-produk value added dengan kemasan retail dan siap saji. Trend ini merupakan peluang bagi kegiatan processing di dalam negeri untuk memperoleh nilai tambah.
Pada kegiatan itu, KKP membawa serta 17 perusahaan perikanan. Di antaranya PT Arafura Prima Indopasifik, PT Awindo International, PT Wirontono Baru, PT Rex Canning, PT Maya Food Industries, PT Intimas Surya, PT Dharma Samudera, PT Fresh On Time, PT Indu Manis, PT Inti Lautan Fajar Abadi, PT Parlevliet Paraba, PT Permata Marindo Jaya, PT Wahyu Perdana Binamulia, dan CV Prima Indo Tuna.
Selain perusahaan-perusahaan tersebut, terdapat tiga perusahaan yang berpartisipasi secara mandiri, yakni PT Central Proteina Prima (CPP), PT Muria Bahari Indonesia, dan PT Sari Laut Jaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News