Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari
Jika di total, pendapatan konsolidasi ELSA di sepanjang paruh pertama tahun ini mencapai Rp 3,71 triliun. Realisasi ini turun tipis 4,74% dibanding pendapatan konsolidasi di semester pertama tahun 2020 yang sebesar Rp 3,89 triliun.
Seiring pendapatan konsolidasi yang menyusut, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih juga turun 69,19% yoy dari Rp 130,34 miliar semester I-2020 menjadi Rp 40,15 miliar pada enam bulan pertama 2021.
Meski begitu, dengan adanya prospek positif pada segmen jasa distribusi logistik energi dan jasa penunjang migas, serta dengan strategi cost leadership, ELSA masih optimistis bisa menjaga kinerja di paruh kedua tahun ini.
“Efisiensi biaya dilakukan pada proyek yang sedang berjalan. Micro management pun dilakukan oleh Direksi. Pada proyek yang akan berjalan pun dilakukan bedah cost structure untuk mendapatkan peluang penghematan,” terang Ari.
Baca Juga: Elnusa (ESLA) akan bagi dividen, ini besaran dan jadwalnya
Selain menjalankan strategi-strategi di atas, ELSA juga masih aktif menjajaki kontrak-kontrak baru, termasuk di antaranya potensi kontrak baru dalam kegiatan hulu migas di Wilayah Kerja Rokan yang kini telah dikelola oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
“Potensi bisnis seperti enhanced oil recovery (EOR), jasa operation & maintenance, dan beberapa lini jasa kami sedang dipetakan,” kata Ari.
Pada sepanjang Januari-Juli 2021 ini, ELSA telah mengantongi total perolehan kontrak baru setara Rp 6,42 triliun. Pekerjaan yang beraneka jenis, seperti jasa wire logging, EPC & OM, seismik darat, dan seismik zona transisi.
Kontrak yang diperoleh di antaranya ada yang berdurasi lebih dari setahun hingga bersifat multiyears. Pengakuan pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan tersebut dalam pembukuan akan dicatatkan dalam pembukuan berdasarkan progres pekerjaan.
Selanjutnya: Pasca alih kelola Blok Rokan, ini permintaan Jokowi ke Pertamina
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News