kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Erajaya pasang strategi jualan terbuka


Jumat, 10 Juni 2016 / 12:48 WIB
Erajaya pasang strategi jualan terbuka


Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Memiliki hubungan eksklusif dengan mitra bisnis rupanya tak selalu menjadi pilihan pelaku usaha. Peritel elektronik PT Erajaya Swasembada Tbk misalnya, justru memilih lebih banyak menerapkan sistem penjualan terbuka ketimbang tertutup.

Penjualan tertutup adalah istilah yang Erajaya pakai untuk menandai jalinan kerjasama dengan operator seluler bersifat khusus. Semisal melalui program bundel produk tertentu, dalam jangka waktu kontrak tertentu.

Sebaliknya dengan penjualan terbuka. Melalui sistem penjualan tersebut, Erajaya bisa serta-merta mengganti produk yang dijajakan. Menurut analisis bisnis Erajaya, sistem penjualan terbuka lebih cocok dengan karakter konsumen orang Indonesia.

"Kalau penjualan tertutup itu biasanya post-paid sementara orang Indonesia nature-nya lebih suka pre-paid daripada post-paid," beber Djatmiko Wardoyo, Corporate Communication PT Erajaya Swasembada Tbk, Kamis (9/6).

Analisis bisnis internal Erajaya juga mengantarkan mereka pada keyakinan bahwa saat ini penjualan fisik masih lebih menjanjikan ketimbang penjualan online.

Acuan Erajaya adalah penjualan handset di lapak e-commerce mereka yang masih kecil, yaitu 6%-7%. Selebihnya penjualan handset di toko fisik. Dus, perusahaan itu belum tertarik nyemplung lebih dalam ke bisnis e-commerce.

Djohan Sutanto, Chief Operating Officer PT Erajaya Swasembada Tbk menambahkan, konsumen Indonesia masih mengedepankan pengalaman fisik tatkala berbelanja. Hal itu hanya bisa mereka peroleh dari toko fisik. "Biasanya kami hanya kalah dari segi harga saja dengan online," klaim Djohan kepada KONTAN.

Namun begitu, bukan berarti Erajaya tak melihat arah bisnis ke depan. Perusahaan berkode ERAA di Bursa Efek Indonesia tersebut sadar, tak bisa melawan arah pasar.

Nah, sementara belum berminat berinvestasi besar di bisnis e-commerce, Erajaya memilih mendukung suplai produk pelaku e-commerce. "Sebab untuk bisa bertahan di industri digital ini kami harus supporting mereka, bukan untuk melawan mereka," ujar Hasan Aula, Chief Executive Officer PT Erajaya Swasembada Tbk.

Tambah gerai fisik

Sembari menjaga gawang bisnis di dunia maya, Erajaya melanjutkan ekspansi penambahan gerai fisik. Tahun ini mereka menganggarkan belanja modal alias capital expenditure sebesar Rp 100 miliar. Duit itu untuk pembangunan 40 gerai baru.

Gerai yang akan Erajaya tambah pada tahun ini lebih banyak berupa Mega Store. Alasan mereka, jenis gerai jumbo itu memberikan kontribusi penjualan tertinggi ketimbang jenis gerai lain. "Penjualan dari satu Mega Store itu setara dengan lima sampai dengan enam toko reguler kami," terang Hasan.

Rencana Erajaya, ekspansi penambahan gerai baru bakal lebih banyak terjadi pada kuartal III dan kuartal IV nanti. Makanya, pada pada kuartal I-2016, mereka baru menggunakan dana belanja modal sebesar Rp 12,9 miliar.

Selain menambah gerai fisik baru, ada dua rencana Erajaya lain. Pertama, perusahaan tersebut akan merenovasi 50 gerai lawas. Tujuan mereka tak lain demi meningkatkan produktivitas gerai.

Kedua, Erajaya berupaya memberikan nilai tambah alias value added services di luar produk telepon seluler (ponsel) dan produk internet of things (IoT). Produk tersebut hadir di gerai bernama Toko Urban Republic.

Berbekal aneka strategi tadi, Erajaya menargetkan penjualan Rp 22 triliun pada tahun ini. Sementara target laba bersih Rp 264 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×