Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Evita Herawati Legowo menyambut baik penundaan rencana kenaikan elpiji kemasan 50 kg oleh PT Pertamina. Menurutnya, kenaikan elpiji tersebut membuat disparitas harga semakin tinggi.
Disparitas harga ini, nantinya dapat memicu konsumen bermigrasi secara ramai-ramai ke gas subsidi. Perbedaan harga yang tinggi tersebut, dikhawatirkan pula dapat menimbulkan aksi pengoplosan gas di masyarakat yang dapat membahayakan konsumen.
"Sekarang saja banyak tindakan kegiatan pengoplosan. Ini berdasarkan data kepolisian," ujar Evita, Kamis (7/7).
Kementerian ESDM belum memberikan persetujuan terhadap rencana tersebut karena banyak aspek yang harus diperhatikan. Saat ini, pihak pemerintah sedang melakukan negosiasi dengan Pertamina supaya tidak menaikkan harga elpiji non subsidi.
Sayangnya, Evita tidak menyebutkan tawaran apa yang sedang diajukan oleh pemerintah supaya Pertamina batal menaikkan harga elpiji. "Ini kan masih diskusi, tawarannya nanti setelah diskusi. Diskusinya belum diputuskan," kata Evita.
Seperti diketahui, sebelumnya juru bicara Pertamina, Mochammad Harun, mengatakan bahwa Pertamina bersedia untuk tidak menaikkan harga jual elpiji non subsidi asalkan pemerintah mau mengganti kerugian Pertamina akibat menjual elpiji non subsidi dengan harga murah.
Berdasarkan data dari Pertamina, tiap tahun perusahaan migas plat merah ini menderita kerugian akibat menjual harga elpiji 12 kg dan 50 kg di bawah harga keekonomian. Pada tahun lalu, Pertamina rugi sebesar Rp 3,2 triliun. Pada tahun ini, Pertamina memperkirakan kerugian elpiji sebesar Rp 4,7 triliun karena harga gas naik mengikuti kenaikan harga minyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News