Reporter: Maria Rosita | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Pekan depan Pertamina resmi menaikkan harga elpiji ukuran 50 kilogram sebesar 10%. Sementara saat Idul Fitri, ukuran 12 kg ikut mengalami nasib serupa. Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan-Minuman Indonesia (GAPMMI) Franky Sibarani menilai pemerintah tidak bijak.
"Kalaupun memang ingin naik sebaiknya setelah Lebaran, itupun harus bertahap, ga bisa langsung tiba-tiba 10%. Ini sangat tidak menguntungkan," kata Franky kepada KONTAN, Jumat (1/7).
Menurut dia, industri rumah tangga menjadi yang pertama terkena imbas kenaikan harga elpiji 50 kg. Yang dikhawatirkan, terjadi migrasi dari 50 kg ke ukuran 12 kg. Dia memprediksi bakal terjadi kesulitan massal.
"Tak ada pilihan lain selain menaikkan harga produksi paling tidak 5%, selanjutnya harga jual ikut naik, ujung-ujungnya daya saing lemah, omzet turun. Sebenarnya yang begini sudah beberapa kali terjadi," keluh Franky. Jika jadi, tiap kg yang semula Rp 7.355 menjadi Rp 8.110.
Untuk skala usaha, pengguna elpiji 50 kg lebih besar ketimbang 12 kg. "Restoran dan hotel pakai 50 kg, bayangkan dampaknya," kata Franky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News