Sumber: Reuters | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Pemerintah Indonesia menyatakan, PT Freeport Indonesia tak bisa melanjutkan produksi setelah runtuhnya terowongan di lokasi tambang kompleks Grasberg di Papua. Keputusan tersebut disampaikan pejabat pemerintah hari ini (1/6).
Sebelumnya, Freeport Indonesia menghentikan operasi di kompleks tambang Grasberg sejak tanggal 15 Mei lalu, sehari setelah sebuah terowongan runtuh dan menewaskan 28 orang disana. Akibat peristiwa itu, serikat pekerja PT Freeport Indonesia meminta anggotanya menghentikan pekerjaan di lokasi tambang terbesar kedua dunia itu.
"Pada hari Kamis, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengeluarkan surat, melarang semua aktivitas produksi, kecuali untuk pemeliharaan," kata Syawaludin Lubis, Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM lewat pesan singkat.
Sayangnya, Syawaludin tidak memberikan informasi masa waktu pelarangan produksi tersebut. Penghentian produksi Freeport Indonesia tersebut dikhawatirkan menurunkan kemampuan Freeport memasok kebutuhan tembaga dunia.
Sementara itu, Freeport belum mengatakan, berapa lama cadangan mereka bisa bertahan. Sumber di industri ini mengatakan, penambang besar seperti Freeport Indonesia, memiliki tiga sampai empat minggu cadangan bijih di pelabuhan.
Peristiwa kecelakaan kerja di lokasi tambang kedua terjadi pada hari Jumat lalu (31/5), dimana seorang sopir truk terluka parah. Untuk masalah ini, Virgo Solossa, perwakilan serikat pekerja meminta perusahaan untuk menghentikan semua kegiatan tambang dan meninjau kembali sistem keselamatan.
Kecelakaan tambang ini bisa mempengaruhi pada renegosiasi kontrak antara pemerintah Indonesia dan perusahaan. Freeport saat ini berusaha mendapatkan perpanjangan kontrak melampaui tahun 2021.
Perusahaan yang berbasis di Arizona ingin mengubah tambang Grasberg dari tambang terbuka menjadi lokasi tambang bawah tanah setelah izin operasi tambang terbuka berakhir 2016. Pertambangan terbuka di Grasberg menghasilkan sekitar 140.000 ton bijih tembaga per hari, sedangkan operasi bawah tanah menghasilkan 80.000 ton bijih tembaga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News