Sumber: Antara | Editor: Dikky Setiawan
SURABAYA. Pemerintah ingin agar harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri tidak fluktuatif untuk melindungi rakyat kecil yang selalu menjadi korban naiknya harga BBM. Demikian diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said.
"Jadi, meskipun harga jual di atas harga keekonomian yang penting stabil lebih lama. Memang ada margin akibat harga di atas keekonomian, tetapi itu untuk cadangan jika sewaktu-waktu harga minyak melonjak," katanya di sela-sela kunjungan ke PLTGU Gresik, Jawa Timur, Kamis (31/3).
Menurut Menteri, dana akibat margin itu akan diaudit sehingga tetap diawasi untuk kestabilan harga BBM di dalam negeri.
Ia berharap harga baru per 1 April 2016 yang ditetapkan pemerintah bisa bertahan sampai September 2016 sehingga pada bulan puasa dan Lebaran tidak ada gejolak harga kebutuhan pokok akibat kenaikan BBM.
"Selama ini kalau BBM naik 16 persen, kenaikan harga kebutuhan bisa 25 sampai dengan 30 persen. Akan tetapi, jika BBM turun 16 persen, penurunan kebutuhan pokok hanya 10 sampai dengan 15 persen. Kalau sering fluktuasi yang dirugikan masyarakat kecil," katanya.
Ia mengatakan bahwa harga BBM baru memang akan dievaluasi setiap 3 bulan. Namun, bisa jadi hasil evaluasinya memungkinkan tidak ada perubahan harga.
Sudirman membantah tudingan bahwa harga BBM di Indonesia paling mahal di antara negara ASEAN karena faktanya harga BBM di Indonesia hanya lebih mahal daripada Malaysia, tetapi lebih murah jika dibanding dengan negara ASEAN lainnya.
"Dibanding Vietnam dan Laos, kita masih lebih murah. Kita bicara dengan data," katanya.
Sudirman juga menegaskan bahwa Pemerinntah tetap akan mengambil kebijakan subsidi energi yang tepat sasaran dan mendorong masyarakat mampu untuk tidak membeli BBM bersubsidi, serta melakukan verifikasi atas pelanggan listrik berdaya 450 watt.
Sebelumnya, Menteri juga memberikan paparan tentang kebijakan subsidi energi dan ketahanan energi pada Forum Bakohumas yang digelar di Surabaya, Kamis pagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News