Reporter: Fitri Nur Arifenie |
JAKARTA. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menyatakan, ExxonMobil setuju untuk menaikkan produksi minyak mereka dari Blok Cepu menjadi sebesar 27 ribu barel per hari (bph).
“Teknisnya sudah diterima. Mereka sudah sanggup, malah bisa sampai 27 ribu bph dari permintaan kami 25 ribu bph,” tutur Deputi Pengendalian Operasi BP Migas Rudi Rubiandini usai rapat dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (2/2).
Saat ini, dia menjelaskan, Exxon tengah memulai tahap desain rinci (front end engineering design/FEED). Tahap selanjutnya Exxon akan melaksanakan lelang pengadaan dan memperkirakan kapan produksi minyak tambahan tersebut mulai mengalir. “Kapan waktu inilah yang belum ketemu,” ujar dia. Dia berharap, tambahan produksi minyak dari Blok Cepu ini bisa diperoleh pertengahan tahun ini.
BP Migas telah meminta Mobil Cepu Limited yang merupakan anak usaha ExxonMobil sekaligus operator Blok Cepu untuk menaikkan produksi dari fasilitas produksi awal (early production facility) menjadi 25 ribu bph sejak tahun lalu. Berdasarkan kajian teknis BP Migas, secara teknis sumur tersebut bisa menghasilkan minyak hingga 37 ribu bph.
Terkait dalam pencapaian produksi optimal, Anggota Komisi VII DPR RI Sutan Bhatoegana berpendapat, kinerja Mobil Cepu Limited dalam mengelola Blok Cepu masih cukup lambat. Hal tersebut dinilainya sebagai wan prestasi dari perusahaan minyak dan gas bumi asal Amerika Serikat tersebut. “Blok Cepu pada 2014 harusnya bisa mencapai 160 ribu bph. Progresnya sekarang saya nilai belum jelas, saya belum melihat progres terakhir Mobil Cepu,” tukas dia.
Untuk itu, dia mengusulkan Komisi VII untuk membentuk panitia kerja membahas lambatnya pengembangan blok yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur itu. Selain itu, dia juga meminta BP Migas untuk memberikan peringatan kepada Mobil Cepu bahkan melakukan determinasi kontrak jika memang tidak ada perkembangan yang berarti. Pasalnya, pengembangan lapangan yang lambat di Banyu Urip dinilai merugikan Indonesia.
“Saya minta BP Migas serius. Sekali-kali usir saja, tidak perlu takut karena kita negara bermartabat dan mandiri,” tegas dia.
ExxonMobil melalui Mobil Cepu Limited memiliki bagian di Blok Cepu sebesar 45%. Sementara Pertamina menguasai 45% dan sisanya sebesar 10% dipegang oleh konsorsium BUMD. Di blok ini, Mobil Cepu Limited juga menjadi operator blok.
Mobil Cepu Limited memulai produksi Banyu Urip sejak akhir 2008. Fasilitas produksi awal (early production facility atau EPF) berkapasitas 20 ribu bph tersebut dimulai sejak 2009 lalu. Fasilitas ini diklaim Exxon telah membantu pencapaian target produksi pemerintah Indonesia melalui pengembangan sumber daya minyak dan gas bumi Blok Cepu yang aman dan dapat diandalkan. Namun, fasilitas tersebut terpisah dari rencana produksi puncak Blok Cepu sebesar 165.000 barel per hari mulai 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News