kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Faisal Basri minta Pertamina jujur


Jumat, 05 Desember 2014 / 09:07 WIB
Faisal Basri minta Pertamina jujur
ILUSTRASI. Badan Pangan memastikan pasokan aman dan terjangkau jelang Idul Adha, sehingga tidak terjadi kelangkaan.KONTAN/Fransiskus Simbolon/18/09/2018


Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi yang juga kerap disebut sebagai Tim Anti-Mafia Migas mengecam Pertamina yang tak juga terbuka soal proses pengadaan bahan bakar minyak, terutama yang dibeli lewat Pertamina Energy Trading Limited (Petral). 

Ketua tim ini, Faisal Basri mengatakan, timnya menemukan bahwa pembelian bahan bakar minyak oleh Petral tidak dilakukan langsung ke perusahaan minyak milik suatu negara atau national oil company (NOC), tetapi masih lewat perantara (trader).

Namun, ujar dia, informasi dari Pertamina menyebutkan Petral membeli minyak langsung dari NOC atau BUMN produsen minyak suatu negara. 

“Menurut saya ya, humas itu kan tugasnya bukan berbohong. Dia menjelaskan sesuatu sesuai dengan duduk perkaranya. Itu saja kok,” kata Faisal, Kamis (4/12). “Jadi adalah tidak benar dari temuan kami itu, bahwa pengadaan minyak di Indonesia langsung ke NOC," tegas dia.

Memang, pembelian lewat trader bukan serta merta tercela. "Tapi tolong kalau kasih penjelasan itu yang jujur, bahwa ada trader yang merealisasikan kontrak-kontrak itu, bukan NOC-nya seperti yang diklaim Pertamina dan Petral,” imbuh dia. 

Faisal mengatakan timnya pun sudah mendapati sekarang ada 97 trader aktif di sektor migas ini. Mereka menggandeng pula perusahaan pengolah (refiner) untuk mengoplos RON92 (standar kualitas bensin Pertamax) menjadi RON88 (standar bensin Premium).

Refiner inilah, kata Faisal, yang mendapat pasokan minyak mentah dari produsen minyak. "Kalau dilihat, mata rantai minyak impor Indonesia cukup panjang," tegas dia. Runutan rantai impor bahan bakar minyak itu adalah Pertamina mendapatkannya dari Petral yang memperoleh minyak itu dari trader

Adapun trader mendapatkan minyaknya dari refiner yang membeli minyak dari NOC. Di samping NOC, ada pula penghasil minyak yang disebut sebagai Major Oil Company (MOC).

“Tidaklah haram, tidak cela membeli dari traders. Tapi Pertamina bilang, enggak kok kami tidak beli dari traders, tapi langsung dari NOC. Padahal kenyataannya (ada trader yang digunakan, seperti) Hin Leong, juga Kernel Oil yang sebelumnya terjerat kasus," ujar Faisal.

Faisal pun menjelaskan bahwa Hin Leong adalah trader yang kredibel. "Yang kita paling benci kan kalau ngebohong ya,” kata dia. 

Soal pasokan bahan bakar minyak bersubsidi jenis Premium alias RON88, 70% di antaranya merupakan produk impor. Kondisi tersebut, berkebalikan total dengan situasi pada 2007, ketika 70% Premium dipasok dari kilang di dalam negeri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×