kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.934.000   -11.000   -0,57%
  • USD/IDR 16.341   27,00   0,17%
  • IDX 7.544   12,60   0,17%
  • KOMPAS100 1.047   -4,04   -0,38%
  • LQ45 795   -5,29   -0,66%
  • ISSI 252   0,56   0,22%
  • IDX30 411   -3,03   -0,73%
  • IDXHIDIV20 472   -7,09   -1,48%
  • IDX80 118   -0,54   -0,46%
  • IDXV30 121   -0,69   -0,57%
  • IDXQ30 131   -1,32   -1,00%

Filipina Stop Ekspor Nikel, Indonesia Bergegas Gandeng Solomon sebagai Alternatif


Kamis, 29 Mei 2025 / 14:15 WIB
Filipina Stop Ekspor Nikel, Indonesia Bergegas Gandeng Solomon sebagai Alternatif
ILUSTRASI. Indonesia mempersiapkan strategi baru dengan membidik negara Solomon, sebagai negara pemasok bijih nikel


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia mempersiapkan strategi baru dengan membidik negara Solomon, sebagai negara pemasok bijih nikel, usai Filipina mengumumkan pelarangan ekspor nikel mereka.

Dewan Penasihat Pertambangan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Djoko Widajatno mengatakan beberapa perusahaan Indonesia telah melakukan kontrak impor bijih kepada negara yang terletak di Samudra Pasifik, sebelah timur Papua Nugini itu.

"Dari Solomon ada beberapa perusahaan yang sudah berkontrak impor, tapi saya tidak punya datanya (volume) impornya," kata Djoko saat dikonfirmasi, Kamis (29/05).

Asal tahu saja, pemerintah Filipina tengah menggodok Rancangan Undang-undang (RUU) yang melarang ekspor mineral mentah, termasuk nikel yang ditargetkan dapat berlaku mulai Juni 2025.

Baca Juga: Danantara, INA, dan Eramet Teken MoU, Jajaki Hilirisasi Industri Nikel di Indonesia

Langkah ini diambil pemerintah Filipina sebagai upaya untuk meningkatkan industri pertambangan hilir, termasuk mendorong penambang untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter.

Lebih jauh, keputusan ini dianggap akan berdampak pula pada Indonesia. Meski menjadi produsen bijih nikel pertama di dunia. Indonesia masih bergantung pada produksi nikel Filipina untuk 'memberi makan' smelter-smelter di tanah air.

Menurut Djoko, jika kebijakan ini resmi diberlakukan maka Indonesia diperkirakan perlu mengimpor 30 juta wet metrik ton (wmt) untuk kebutuhan smelter.

"Jika Filipina stop, smelter harus segera dapat bijih nikel untuk kebutuhan 30 juta wet metrik ton. Ini untuk dicampur dengan produk Indonesia, karena karakter bijih nikel kita itu mempunyai kadar silika dan besi yang tinggi," jelasnya.

Selain strategi impor dari Solomon, Djoko mengatakan Indonesia harus segera mencari cadangan baru, baik di dalam negeri, atau luar negeri.

Di luar negeri, ia mengatakan terdapat potesi akuisisi tambang nikel di New West Nickel yang terletak di Australia.

"Atau mengakuisisi New West di Australia, karena Newmont menghentikan tambang nikelnya, dengan alasan harga pokok produksi per wett ton terlalu tinggi," ungkapnya.

Baca Juga: Kinerja Harum 2025: Geber Produksi Nikel, Batubara Direm

Selain Solomon, menurut Forum Industri Nikel Indonesia (FINI) negara New Caledonia juga memiliki potensi untuk mengisi volume impor nikel yang ditinggalkan Filipina.

"Terkait berapa jumlah dan kapan impor akan dilakukan, kami belum tahu. Nanti pada saat barang cargo tersebut datang akan lebih pasti informasinya," ungkap Ketua Umum FINI Arif Perdanakusumah, Kamis (29/05).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), hingga April 2025, impor bijih nikel dari Filipina telah mencapai 12 juta wmt.

Sedangkan volume impor bijih nikel dan konsentrat dengan kode HS 26040000 dari Filipina pada Februari 2025 tercatat 2,38 juta ton, naik dari 2,07 juta ton pada Januari 2025.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×