Reporter: Siti Maghfirah | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. PT First Travel akhirnya membuka suara untuk merespon kabar mengenai kegagalan keberangkatan ribuan jamaah umroh. CEO First Travel Andika Surrachman mengakui ada penundaan keberangkatan umroh, tapi ia berjanji bahwa semua jamaah akan tetap berangkat.
"Jadi bukan gagal berangkat. Kami harapkan jamaah tenang dan tidak terprovokasi agar manajemen bisa bekerja dengan baik," ungkap Andika dalam press conference, Sabtu (22/4).
Andika juga menyayangkan beberapa pihak yang memiliki wewenang dan akses untuk melancarkan proses keberangkatan, yang menurutnya menghambat usaha mereka. Ia juga menuding adanya indikasi persaingan dalam kasus ini. "Setelah ini mungkin akan banyak agen yang mengeluarkan promo-promo," ujarnya.
Sementara itu, Anniesa Hasibuan, wakil CEO First Travel yang juga istri dari Andika Surrachman menjelaskan awal mula kronologi kasus penundaan jamaah pada Maret 2016 adalah sebanyak 270 jamaah dari Sidoarjo, Jawa timur terkendala di bandara karena permasalahan visa.
Hal ini, menyebabkan jamaah tersebut gagal berangkat. "Berawal dari masalah itu, kami merasa selalu dipersulit oleh oknum-oknum tertentu dan terpaksa terus melakukan reschedule," lanjut Anniesa.
Sejak saat itu, menurutnya, beberapa jamaah menjadi mudah terprovokasi oleh pemberitaan-pemberitaan sepihak. Masalah bertambah dengan kesulitan First Travel dalam pembuatan dokumen syarat wajib umroh yang berujung pada jadwal keberangkatan yang kacau.
Visa juga menjadi masalah karena tiba-tiba tidak ada provider yang mau membuatkan visa dengan nama First Travel. Ia mengaku pihaknya sempat mengadu pada Kemenag namun belum ada kejelasan.
"Kami ini juga di bawah Depag, seharusnya mereka bisa bersikap netral," tandasnya.
Untuk itu, ia mengumpulkan seluruh agen, cabang, dan perwakilan First Trave; seluruh Indonesia, untuk membuat satu kebijakan mengenai penggunaan pesawat charter Saudi Airlines.
Menurutnya itu merupakan satu-satunya solusi agar jamaah tetap bisa berangkat. Ia mengaku juga sedang berusaha untuk membuka kerjasama dengan airlines lain untuk kelancaran pemberangkatan.
Santer terdengar kabar bahwa kesulitan pengurusan visa ini karena adanya pemboikotan dari beberapa asosiasi pada First Travel. Namun, baik Andika dan Anniesa mengaku tidak tahu mengenai hal ini.
"Silahkan ditanyakan pada pihak-pihak yang punya akses untuk hal tersebut," kata Andika.
Anniesa juga menjelaskan mengenai penambahan biaya sebesar Rp 2,5 juta sebagai syarat bagi jamaah untuk cepat diberangkatkan, yaitu di bulan Mei dan Juni 2017. Menurutnya, hal tersebut merupakan opsi bukan paksaan. Karena, memasuki bulan ramadhan dan rajab harga-harga menjadi naik.
"Itu kan karena high season. Yang tidak mau bayar pun tetap berangkat di bulan November dan Desember," jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa harga promo resmi yang ditetapkan oleh kantor First Travel pusat adalah Rp 14,4 juta dengan syarat dan ketentuan berlaku. Aturan mengenai harga, reschedule, dan lain-lainnya, menurutnya sudah disampaikan ketika pendaftaraan jamaah.
Ia berjanji, start keberangkatan jamaah kloter 1 akan ditepati pada tanggal 1 Mei dengan kuota 4.500 jamaah. "Kami harapkan support dari jamaah," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News