Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. BUMD DKI Jakarta, PT Food Station Tjipinang Jaya juga turut berkecimpung dalam bisnis beras kemasan. Namun, sebagai salah satu produsen beras yang dimiliki oleh pemerintah ini tidak mengambil margin profit yang tinggi.
Arief Prasetyo Adi, Direktur Utama PT. Food Station Tjipinang Jaya menjelaskan, hal tersebut dilakukan guna menstabilkan harga di pasaran.
"Beras kemasan di Food Station itu kalau kami jual tidak semata-mata untuk meningkatkan margin. Jadi kita ada kombinasi. Kami kan bertugas menstabilkan harga, tidak melulu ambil margin," ujar Arief.
Arief juga mengungkap, margin profit yang ditetapkan sesuai dengan kemampuan pasar yang mereka tuju. Arief mencontohkan, bila beras kemasan tersebut ditujukan kepada pemegang Kartu Jakarta Pintar (KJP), maka margin pun harus lebih kecil.
"Untuk KJP dalam sebulan terdapat 200.000 sampai 300.000 kantong. Kan kalau begitu kita tidak bisa mengambil margin besar. Kasihan masyarakat," ujar Arief.
Kata Arief, kombinasi margin profit tersebut bermacam-macam. Ada yang mulai dari 10%-15%. Bebeda dengan beras kemasan premium yang hanya dijual di pasar modern, yang menyasar konsumen menengah ke atas.
Arief bilang, bila mengejar keuntungan margin profit untuk beras kemasan premium tersebut bisa mencapai 20%. Meski begitu, jumlah beras premium yang diproduksi tidak terlalu tinggi.
Hingga saat ini, Arief mengaku beras medium menyumbang proporsi paling besar untuk keseluruhan total pendapatan Food Station. Menurutnya, produk beras kemasan premium Food Station masih membutuhkan proses pengenalan pada masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News