Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Freeport Indonesia (PTFI) dan Mining Industry Indonesia (MIND ID) mengkonfirmasi sedang melakukan pembahasan bersama dengan Tsingshan Steel China untuk membangun smelter tembaga baru di Halmahera.
Hal itu disampaikan Presiden Direktur Freeport Tony Wenas dan CEO MIND ID Orias Petrus Moedak dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI.
"Di satu sisi memang benar, bahwa kami di-approach oleh Tsingshan yang berkeinginan juga membangun smelter tembaga di Halmahera dan kami masih dalam tahap pembicaraan," kata Tony, Senin (7/12).
Kata dia, Freeport terbuka untuk bekerjasama dalam membangun smelter tembaga dengan pihak lain, asalkan bisa menawarkan investasi yang lebih murah dan secara teknis bisa digarap dengan jangka waktu yang lebih cepat.
Baca Juga: Menimbang Smelter Weda Bay atau Gresik
Oleh sebab itu Freeport masih melakukan pembicaraan terkait metode yang akan dipakai, kapasitas yang bisa dibangun, dan jadwal pengerjaan proyek.
"Kita lagi meng-eksplore, teknisnya bagaimana, keekonomiannya seperti apa. Kira-kira kapan selesainya, dan ini masih dalam pembicaraan, belum ada kesepakatan apa pun juga," sambung Tony.
Dalam kesempatan yang sama, CEO MIND ID Orias Petrus Moedak menyampaikan bahwa pihaknya mendukung opsi yang sedang dijalankan Freeport.
Holding industri pertambangan BUMN tersebut ingin agar investasi proyek smelter bisa lebih ekonomis sehingga bisa menekan potensi kerugian atau pun biaya investasi yang bisa ditanggung MIND ID selaku pemegang 51,2% saham Freeport saat ini.
"Kami berkontribusi terhadap capex dan ini berdampak ke kami. Memang kami mendukung apabila ada pengeluaran untuk smelter lebih kecil dibandingkan hitungan awal," jelas Orias.
Dengan perkiraaan saat ini, proyek smelter tembaga Freeport yang baru bakal menelan investasi sekitar US$ 3 miliar. Dengan komposisi saham yang ada, maka MIND ID akan menanggung sekitar US$ 1,2 miliar - US$ 1,5 miliar. Jika nanti bersama Tsingshan, maka besaran investasi yang harus dikeluarkan bisa ditekan.
Orias bilang, pihaknya juga mempertimbangkan sejumlah opsi lain agar proyek smelter tembaga ini bisa berjalan secara ekonomis.
"Tentu opsi lain juga kami pertimbangkan, yang terbaru ini dengan Tsingshan, dimana kontribusi akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan rencana awal. Jadi kami mendukung tapi tarafnya sekarang pada pembicaraan awal," sambungnya.
Baca Juga: Begini kata IMA dan AP3I aoal smelter tembaga Freeport dan Amman Mineral
Sayangnya, Tony maupun Orias tidak membeberkan kapan pembicaraan tersebut akan rampung. Hanya saja, Orias mengisyaratkan bahwa pembahasan kerja sama dengan Tsingshan baru diputuskan di Kuartal awal tahun depan.
"Kita mau melangkah cepat, tapi kalau dengan Tsingshan kita akan hadapi dua tahun baru, yang sekarang dan Februari ada tahun baru lagi (Imlek) yang memang akan berdampak seberapa cepat keputusan penting itu diambil," ujar Orias.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno menyampaikan bahwa pihaknya memahami proyek smelter tembaga berpotensi menimbulkan kerugian.
Oleh sebab itu, Komisi VII mendorong titik temu di antara sejumlah opsi yang ada, supaya kewajiban hilirisasi di dalam negeri bisa tetap terlaksana, tanpa membuat kerugian kepada perusahaan, khususnya holding tambang BUMN.
"Karena bagaimana pun juga kita akan mencari keseimbangan antara melakukan processing di dalam negeri dan menjaga keekonomian sehingga perusahaan bisa terhindar dari kerugian," ujar Eddy.
Sebagaimana yang sebelumnya diberitakan Kontan.co.id, paling tidak ada dua opsi utama yang sedang dinegosiasikan Freeport bersama pemerintah. Pertama, memangkas kapasitas smelter tembaga baru Freeport yang rencananya berlokasi di JIIPE, Gresik, Jawa Timur, dari semua 2 juta ton konsentrat menjadi 1,7 juta ton.
Baca Juga: Freeport Indonesia Pastikan Tetap Laksanakan Proyek Smelter di Gresik
Sebagai ganti pemangkasan tersebut, Freeport akan meningkatkan kapasitas smelter eksisting di PT Smelting sebanyak 300.000 ton. Sehingga, total tambahan kapasitas tetap 2 juta ton, untuk menampung konsentrat tembaga Freeport agar bisa diolah di dalam negeri.
Kedua, dengan membangun smelter tembaga baru di Weda Bay bersama Tsingshan. Seperti diketahui, Weda Bay saat ini merupakan kawasan smelter nikel terintegrasi.
Dalam kesempatan tersebut Tony Wenas juga menekankan bahwa apa pun hasil pembicaraan dengan Tsingshan nantinya, Freeport akan terlebih dulu meminta persetujuan pemerintah, opsi mana yang akan dipilih dalam memenuhi kewajiban hilirisasi tembaga Freeport di dalam negeri.
"Apa pun yang kita lakukan, tetap akan memainta endorsement atau arahan dari pemerintah, mau yang mana. Walaupun degan Tsingshan katakan lah secara teknis ekonomis sudah oke, tapi tentunya harus ada dukungan dari pemerintah," tutur Tony.
Dia pun menegaskan, selagi belum ada opsi baru yang diputuskan, pihaknya tetap menjalankan proyek smelter tembaga Freeport di JIIPE Gresik, Jawa Timur.
Tony mengklaim, pihaknya tetap berkomitmen membangun smelter sesuai dengan UU Minerba dan kewajiban dalam Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang diterima Freeport pada Desember 2018 lalu.
Baca Juga: Selain di Gresik, Ada Opsi Pengembangan Smelter Kongsi Freeport & Tsingshan di Maluku
Pekan lalu, sambung Tony, pihaknya bersama Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin sudah meninjau proyek yang memulai pile loading test tiang pancang.
"Pak Dirjen sudah hadir di sana dan menyaksikan sendiri, lalu melaporkan kepada Menteri (ESDM). Ini memang kita menunjukkan progres, tetap kita lanjutkan sesuai dengan yang diamantkan dalam IUPK kami," terang Tony.
Selain itu, Tony pun menyampaikan bahwa peningkatan kapasitas di PT Smelting juga mulai berlangsung. "Peningkatan Smelting kan cuman 30%, tambah 300.000 ton. Sedang mulai kita kerjakan," pungkas Tony.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News