kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

FTA Ganjal Industri Mebel Domestik


Kamis, 24 Desember 2009 / 03:38 WIB
FTA Ganjal Industri Mebel Domestik


Reporter: Raymond Reynaldi |

JAKARTA. Dibukanya pintu perdagangan bebas ASEAN-China (AC-FTA) berpotensi memangkas porsi pangsa pasar domestik milik pengusaha mebel Indonesia. Maklum, dengan perdagangan bebas produk mebel asal China akan membanjiri pasar lokal dengan harga lebih terjangkau.

“Kalau FTA berjalan dan kami tidak mendapat perlindungan, maka pangsa pasar kami bisa terpangkas sampai 50%,” ujar Ketua Umum Asmindo Ambar Tjahjono, Rabu (23/12). Padahal, nilai pasar mebel lokal tahun depan diramalkan bakal naik US$ 7 juta menjadi US$ 300 juta.

Riset yang dirilis oleh Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) menunjukkan, nilai pasar mebel nasional tahun ini mencapai US$ 293,2 juta. Pengusaha mebel Indonesia menguasai 70% dari nilai pasar tersebut. Sisanya merupakan pangsa pasar produk mebel impor yang mayoritas datang dari China.

Tingginya penguasaan pasar mebel lokal, ujar Ambar, karena pengusaha mebel di bawah naungan Asmindo mengubah strategi marketing dari orientasi ekspor ke pasar domestik. “Sejak krisis global berkecamuk, pengusaha Asmindo mulai melirik pasar domestik,” terangnya.

Pergeseran orientasi ini, menurut Ambar, menjadi peredam alami pertumbuhan produk mebel asal China. Per September 2009 lalu, nilai impor mebel dari Negeri Panda sebesar US$ 44,706 juta, turun 29,4% dari US$ 89,730 juta pada akhir 2008.

Jika FTA dengan China berlaku, Asmindo khawatir, mebel China yang selama ini telah beredar di berbagai negara tujuan ekspor akan mengarah ke negara-negara ASEAN, seperti Indonesia. “Amerika Serikat saja telah memberlakukan antidumping atas mebel China,” ujarnya.

Selain penundaan pemberlakuan FTA, Ambar menyarankan, pemerintah menyederhanakan SNI bagi produk mebel yang dinilai terlalu ruwet. Sebab, perangkat standardisasi inilah yang mampu meredam arus mebel impor.

“Mestinya orientasi SNI berdasarkan kualitas barang, bahan baku, serta kekuatan,” ujarnya. Asmindo berharap, pemerintah tanggap akan perlunya perlindungan untuk industri lokal, khususnya untuk industri mebel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×