Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Dengan kenaikan harga kedelai tersebut, tentu saja harga jual tempe tahu di pasar akan melonjak. Perkiraan Gakoptindo, jika harga kedelai menembus Rp 10.000 per kg, maka penjual perlu menaikkan harga tempe tahu hingga kisaran Rp 20.000 per kg—Rp 22.000 per kg.
Faktor kenaikan harga tempe tahu bukan berasal dari komoditas kedelai saja. Perlu diingat bahwa harga minyak goreng juga tengah meroket belakangan ini. Belum lagi, harga gas LPG juga naik sejak akhir tahun lalu.
Aip mengaku, sebenarnya tidak mudah untuk menaikkan harga jual tempe tahu di pasaran. Apalagi, hubungan antara produsen dan penjual tempe tahu di pasar tradisional sudah terjalin puluhan tahun layaknya keluarga. Ketika produsen menaikkan harga jual, para penjual tempe tahu di pasar sudah pasti menjadi pihak pertama yang protes karena terancam kesulitan menjual produk tersebut.
Baca Juga: Kaya nutrisi, amankah dan baikkah kucing makan tempe?
Salah satu siasat untuk mengatasi dampak naiknya harga kedelai adalah para produsen membuat tempe tahu dengan ukuran yang lebih kecil atau lebih tipis. Setidaknya, hal itu bisa membuat para pelaku usaha terkait tempe tahu tidak merugi besar dan tetap bisa bertahan hidup.
“Kami telah minta ke pemerintah untuk membantu sosialisasi dan beri pengertian ke masyarakat bahwa kenaikan harga tempe tahu itu wajar ketika harga kedelai dan minyak goreng mahal,” jelas Aip.
Dia menambahkan, Gakoptindo sudah memberi usulan kepada pemerintah, terutama Kemendag, agar bisa mengeluarkan kebijakan terkait relaksasi impor kedelai, misalnya dengan membebaskan bea masuk impor kedelai ke Indonesia. Sebab, impor kedelai pada dasarnya ditujukan untuk membantu industri di dalam negeri.
Baca Juga: Harga kedelai global fluktuatif, Kemendag jamin harga tetap terjangkau
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News