Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Malaysia dan Indonesia membuka babak baru kebutuhan biodiesel. Malaysia berencana menerapkan aturan B10 pada November dan Indonesia akan menerapkan B20 pada September ini. Dengan peralihan kebutuhan minyak sawit ke dalam negeri produsen utama, stok internasional bisa berkurang dan mengerek harga CPO.
Ketua Umum abungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono melihat langkah Malaysia meningkatkan persentase biodiesel dalam bahan bakar mereka bisa meningkatkan harga CPO internasional.
"Jika Malaysia juga ikut bikin program biodiesel akan lebih baik lagi dampaknya ke harga pasar internasional," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (28/8).
Apalagi Malaysia selama ini hanya menggunakan porsi CPO yang sedikit untuk kebutuhan B7 mereka, sehingga dengan perubahan ini pasokan internasional bisa terkoreksi karena mengutamakan penggunaan dalam negeri terlebih dahulu.
Mengutip informasi Gapki, sepanjang Juli 2018 harga CPO bergerak di kisaran US$ 567.50 – US$ 610 per metrik ton, dengan harga rata-rata US$ 587.4 per metrik ton. Harga CPO Global terus tertekan karena hanya minyak nabati lain yang sedang jatuh dan meningkatnya stok minyak sawit di Indonesia dan Malaysia.
Meskipun ekspor Juli meningkat cukup signifikan, naik 27% dibandingkan ekspor Juli 2017 sebesar 2,54 juta ton, namun belum mampu menurunkan stok karena produksi yang meningkat. Stok minyak sawit terus menunjukan tren naik dan mencapai angka tertinggi pada Juli ini di 4,9 juta ton.
Oleh karena itu, GAPKI mendorong upaya peningkatan konsumsi CPO dalam negeri terus digalakkan. Program mandatori B20 Indonesia perlu terus didorong dan didukung termasuk penerapan untuk B30 karena akan sangat berperan dalam pengurangan belanja impor solar sehingga neraca perdagangan sampai pada Juli 2018 yang masih defisit dapat sehat kembali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News