kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.367.000   7.000   0,30%
  • USD/IDR 16.731   21,00   0,13%
  • IDX 8.389   22,05   0,26%
  • KOMPAS100 1.163   3,35   0,29%
  • LQ45 847   4,23   0,50%
  • ISSI 292   0,76   0,26%
  • IDX30 446   3,97   0,90%
  • IDXHIDIV20 513   3,54   0,69%
  • IDX80 131   0,41   0,31%
  • IDXV30 138   0,55   0,40%
  • IDXQ30 141   0,94   0,67%

Gapki: Harga CPO Desember akan naik hingga US$ 660


Rabu, 16 Desember 2015 / 17:48 WIB
Gapki: Harga CPO Desember akan naik hingga US$ 660


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) meprediksi harga minyak mentah atau crude palm oil (CPO) sepanjang Desember 2015 akan bergerak naik di kisaran US$ 550 - US$ 600 per metrik ton. Kenaikan tersebut dinilai signifikan dibandingkan dengan harga CPO pada bulan November 2015 yang bergerak dikisaran US$ 537,50 - US$ 577 per metrik ton.

Menurut Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan, adanya beberapa senitimen positif yang turut mendongkrat kenaikan harga CPO selama bulan Desember ini. Salah satunya adalah upaya PT Pertamina yang sudah mulai menyerap CPO di dalam negeri.

"Selain itu, sekarang juga sudah memasuki musim hujan, jadi kita harga CPO global akan bergerak naik," ujarnya, Rabu (16/12).

Kondisi ini diharapkan dapat mendongkrak produktivitas CPO dalam negeri. Apalagi Kementerian Perdagangan (Kemdag) telah mengeluarkan aturan Bea Keluar (BK) bulan Desember 2015 sebesar 0% dengan mengacu pada referensi harga rata-rata tertimbang sebesar US$ 590,37 per metrik ton.

Dengan begitu, para eksportir CPO hanya dikenakan pungutan CPO Fund saja.

Sementara itu, Gapki juga mencatat ada tiga negara tujuan ekspor yang mencatat kenaikan permintaan selama bulan November dibandingkan bulan sebelumnya.

Ketiga negara itu yakni China yang mencatat kenaikan 15% dengan permintaan mencapai 436,910 ton, Pakistan mencatat kenaikan menjadi 159,950 ton atau naik 22% dan negara-negara Uni Eropa mencatat kenaikan sebesar 418,050 ton atau terkerek naik 27%.

"Permintaan dari ketiga negara tersebut naik karena adanya pelarangan penggunaan minyak kedelai dari hasil rekayasa genetika khususnya di Amerika dan China," tambahnya.

Kenaikan impor minyak sawit di Pakistan disebabkan meningkatnya permintaan untuk memenuhi kebutuhan industri makanan di negara tersebut.

Jamil Musanif, Direktur Pelaksana Tugas Pemasaran Internasional Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Kemtan mengatakan pemerintah akan terus meningkatkan promosi CPO ke sejumlah negara tujuan ekspor di dunia.

Hal itu dilakukan untuk menangkal kampanye negatif terhadap produk-produk sawit. Ia mengatakan pemerintah ingin menunjukkan kalau perusahaan sawit di Indonesia mengembangkan sawit yang ramah lingkungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×