Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Noverius Laoli
Dengan produksi, impor, konsumsi dan ekspor seperti di atas, stok minyak sawit dan inti sawit akhir bulan Januari naik menjadi 4,678 juta ton dari yang sebelumnya 4,129 juta ton pada awal Januari.
Lebih lanjut, Mukti mengatakan, konflik Rusia-Ukraina juga telah mendorong naiknya harga minyak bumi lebih dari US$100/barrel yang akan menambah beban pemerintah dan juga negara-negara lain.
Baca Juga: Kinerja Triputra Agro Persada (TAPG) pada 2022 Berpotensi Solid
Dalam pasar minyak nabati, semester pertama 2022 diperkirakan akan terjadi defisit pasokan, apalagi Ukraina sebagai salah satu produsen bunga matahari dan rapeseed, sehingga mendorong naiknya harga minyak nabati dan berakibat minyak sawit akan menjadi harapan utama negara importir.
Untuk itu, Mukti menegaskan, pemerintah perlu mengatur secara bijak penggunaan dalam negeri dan ekspor minyak sawit untuk menjaga neraca perdagangan nasional. Bagi pekebun, peningkatan efisiensi dan produksi merupakan dua hal yang harus terus menerus diupayakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News