kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Gapki Perkirakan Produksi CPO di Januari 2022 Turun 3%, Ini Pemicunya


Jumat, 11 Maret 2022 / 15:07 WIB
Gapki Perkirakan Produksi CPO di Januari 2022 Turun 3%, Ini Pemicunya


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyampaikan, produksi Crude Palm Oil (CPO) bulan Januari 2022 diperkirakan akan ada di kisaran 3,863 juta ton atau sekitar 3% lebih rendah dari pada produksi Desember 2021.

Sementara itu, produksi Palm Kernel Oil (PKO) sekitar 365.000 ton atau sekitar 3,9% lebih rendah dari pada produksi Desember 2021.

Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono mengatakan, turunnya produksi di bulan Januari 2022 merupakan pola musiman, namun penurunan produksi CPO dari Desember 2021 ke Januari 2022 yang sebesar 3% jauh lebih rendah dari penurunan musiman tahun lalu Desember 2020 ke Januari 2021 yang mencapai 7%.

Berdasarkan data yang di paparkan GAPKI menjelaskan, impor produk minyak sawit Januari 2022 adalah 5,1 ribu ton yang berasal dari Malaysia 4,8 ribu ton dalam bentuk oleokimia dan 316 ton dalam bentuk Palm Fatty Acid Distillate (PFAD). Dengan stok akhir Desember sebesar 4,129 juta ton, maka tersedia pasokan sebesar 8,363 juta ton.

Baca Juga: Harga CPO Masih Bergerak di Sekitar Level Tertinggi

Disamping itu, terdapat impor “soft oil” berjumlah 5,5 ribu ton sebagian besar berasal dari Malaysia (2,3 ribu ton) dan dari Thailand (1,5 ribu ton) berupa minyak kedelai 3,3 ribu ton, produk minyak biji bunga matahari 0,5 ribu ton dan soft oil lainnya 1,7 ribu ton.

“Total konsumsi minyak sawit dalam negeri Januari 2022 adalah sebesar 1,506 juta ton atau 160 ribu ton lebih rendah dari konsumsi Desember 2021 sebesar 1,666 juta ton atau turun 9,6,” jelas mukti dalam keterangan tertulisnya, Jumat (11/3).

Adapun, Mukti bilang, konsumsi terbesar untuk biodiesel adalah sebesar 732 ribu ton, diikuti untuk industri pangan sebesar 591 ribu ton dan untuk oleokimia 183 ribu ton.

Konsumsi minyak sawit untuk biodiesel yang melampaui untuk pangan telah terjadi sejak November 2021. Ekspor minyak sawit bulan Januari 2,179 juta ton turun 11,4% dari Desember 2021 sebesar 2,460 juta ton dan lebih rendah 23,8% dari ekspor Januari 2021 sebesar 2,861 juta ton.

Baca Juga: Kenaikan DMO CPO Menjadi 30% Dinilai Merupakan Langkah Tepat

Kemudian, untuk penurunan ekspor di bulan Januari dari Desember, Mukti bilang itu merupakan pola musiman. Akan tetapi, Ia memperkirakan penurunan ini karena jumlah produksi yang sangat terbatas dan harga yang sangat tinggi.

Perubahan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan China sebesar -149 ribu ton (-172 ribu ton dari penurunan Refined PO), Pakistan sebesar -108 ribu ton (-139 ribu dari penurunan Refined PO), dan India sebesar +97 ribu ton (+126 ribu ton dari kenaikan impor Refined PO).

Dengan produksi, impor, konsumsi dan ekspor seperti di atas, stok minyak sawit dan inti sawit akhir bulan Januari naik menjadi 4,678 juta ton dari yang sebelumnya 4,129 juta ton pada awal Januari.

Lebih lanjut, Mukti mengatakan, konflik Rusia-Ukraina juga telah mendorong naiknya harga minyak bumi lebih dari US$100/barrel yang akan menambah beban pemerintah dan juga negara-negara lain.

Baca Juga: Kinerja Triputra Agro Persada (TAPG) pada 2022 Berpotensi Solid

Dalam pasar minyak nabati, semester pertama 2022 diperkirakan akan terjadi defisit pasokan, apalagi Ukraina sebagai salah satu produsen bunga matahari dan rapeseed, sehingga mendorong naiknya harga minyak nabati dan berakibat minyak sawit akan menjadi harapan utama negara importir.

Untuk itu, Mukti menegaskan, pemerintah perlu mengatur secara bijak penggunaan dalam negeri dan ekspor minyak sawit untuk menjaga neraca perdagangan nasional. Bagi pekebun, peningkatan efisiensi dan produksi merupakan dua hal yang harus terus menerus diupayakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×