Reporter: Amalia Fitri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menilai keadaan ekonomi jelang Hari Raya Lebaran tahun ini dapat lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Karena itu, Gapmmi memperkirakan kenaikan penjualan makanan dan minuman (mamin) dapat mencapai 30% dari rata-rata bulanan, atau sejak Maret sampai Mei 2019.
Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman mengatakan, kondisi ini, didorong redanya kekhawatiran aturan pajak yang tahun lalu sempat mengganggu pasar dan gejolak nilai tukar rupiah.
"Ini penyebab lesunya kondisi ekonomi tahun lalu terhadap usaha mamin. Tapi tahun ini semua lebih kondusif," tutur Adhi S. Lukman kepada Kontan, Minggu (12/5).
Menurutnya, tahun ini kenaikan penjualan pada tiap jenis makanan berbeda-beda. Untuk jenis makanan instan, frozen food dan panganan segar, diperkirakan mengalami kenaikan harga.
Hal ini, menurut Adhi, didorong oleh perubahan pola konsumsi masyarakat yang membutuhkan produk makanan yang cepat saji. "Produk makanan, terutama makanan olahan mengalami kenaikan karena masyarakat ingin yang siap saji," tambahnya.
Namun Adhi menjelaskan, untuk menekan kenaikan harga mamin lebih jauh, pihaknya telah menyiapkan stok bahan baku lebih banyak 1-2 kali. Volume tersebut meningkat produksinya jelang pekan ketiga Ramadan.
"Hal ini tentu untuk mengantisipasi permintaan yang makin melonjak nantinya," lanjut Adhi.
Setelah Lebaran usai, Adhi berharap pemerintah akan lebih meningkatkan pengaturan pengeluaran belanja untuk memicu konsumsi rumah tangga."Yang terpenting ada pengaturan yang lebih stabil setelah ini," pungkas Adhi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News