Reporter: Amalia Fitri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) mengklaim mengalami penurunan pengunjung akibat virus corona (COVID-19) dalam 2 bulan terakhir.
Justinus Dalimin, Direktur FAST berkata dibandingkan dengan target 2020, terjadi penurunan pengunjung sekitar 4% sampai 5%. "Namun secara keseluruhan masih kelihatan ramai di waktu makan siang dan makan malam," paparnya kepada Kontan, Senin (16/3).
Baca Juga: Pasokan bahan pokok di Jatim aman, Khofifah harap tak ada panic buying
Tak hanya itu, COVID-19 juga mempengaruhi perolehan omzet restorannya. Dalam hal ini, Justinus mengatakan ada penurunan omset kurang dari 10% sejak wabah virus corona itu merebak.
Ia mengatakan, kendati turun omzetnya, sampai saat ini pihaknya masih tetap menjaga mutu dan higienitasnya produknya. Pihaknya juga juga telah menyiapkan paket-paket murah supaya lebih banyak konsumen datang.
Seiring dengan himbauan pemerintah untuk bekerja dan belajar di rumah untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19, Justinus optimistis layanan home delivery-nya bisa meningkat.
"Tentu ada terjadi peningkatan di home delivery dan terutama juga pelayanan online-nya melalui Gojek dan Grab yang sudah bekerja sama secara baik dengan KFC Indonesia," lanjutnya tanpa menyebut secara detail angka peningkatannya.
Baca Juga: Penumpang menumpuk, pengamat: Himbauan Anies tak memperhatikan dinamika masyarakat
Pengelola restoran cepat saji KFC ini akan menambah sekitar 25 sampai 30 gerai restoran KFC, termasuk gerai KFC BOX terbaru di kawasan Jabodetabek.
FAST juga akan merenovasi gerai yang telah berusia di atas 5 tahun. Jika ditotal, ada lebih dari 100 gerai yang direnovasi tahun ini.
Selain itu, FAST juga bakal menghadirkan restoran cepat saji asal Amerika Serikat (AS), Taco Bell, untuk ekspansi ke Indonesia mulai April 2020. Tahap awal, FAST akan membuka lima gerai Taco Bell di Jakarta.
Baca Juga: Mitigasi risiko virus corona, BRI siap alihkan operasi unit kerja
Tahun ini, FAST mengalokasikan capex hingga 550 miliar. Capex tersebut bakal berasal dari kas internal serta hasil dari penerbitan saham dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Tahun ini, FAST memproyeksikan penjualan Rp 8 triliun dengan pertumbuhan sebesar 14,1% dibandingkan estimasi penjalan tahun 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News