kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Gara-gara syarat antigen, okupansi hotel di Yogyakarta anjlok tinggal 5%


Jumat, 25 Desember 2020 / 08:25 WIB
Gara-gara syarat antigen, okupansi hotel di Yogyakarta anjlok tinggal 5%
ILUSTRASI. Sejumlah wisatawan berkunjung ke kawasan Malioboro di Yogyakarta, Jumat (30/10/2020). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/wsj.


Sumber: Kompas.com | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerapan melakukan minimal tes rapid antigen, terutama bagi pelancong atau pendatang di Yogyakarta yang menggunakan transportasi darat hingga udara membuat tingkat okupansi hotel di Kota Gudeg tersebut terjun bebas.

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengatakan bahwa okupansi hotel kian menurun setelah adanya kebijakan pelaku perjalanan wajib melakukan tes antigen. Pada akhir pekan lalu, PHRI mencatat okupansi untuk libur Natal dan Tahun Baru (nataru)  sudah mencapai 25%. Namun saat ini, okupansi hotel di Yogyakart hanya tinggal 5% saja.

Ketua PHRI DIY Deddy Pranowo Eryono mengatakan, jumlah wisatawan yang memilih membatalkan kunjungannya makin banyak. “Sekarang cancel makin banyak, kemarin masih 25% sekarang tinggal 5%. Kami awalnya berharap libur natal dan tahun baru (nataru) menjadi pelepas dahaga kami. Sekarang jadi petaka bagi kami,” ucap dia, Selasa (22/12/2020).

Dengan banyaknya pembatalan, dirinya menyebut total potensi kerugian yang dialami hotel maupun restoran menyentuh angka miliaran rupiah. Adapun, potensi pendapatan yang hilang dialami hotel bintang tiga sampai lima diprediksi berkisar Rp 500 juta. Sedangkan hotel dan restoran yang berada di bawah naungan PHRI adalah sekitar Rp 400 juta. “Kami perkirakan kerugian mencapai Rp 500 juta lebih tiap hotelnya. Itu disebabkan anjloknya okupansi,” kata dia.

Baca Juga: Faktor vaksin Covid-19, pengusaha hotel optimistis 2021 pariwisata mulai rebound

Ditambah lagi sekarang ini hotel sudah mengeluarkan biaya untuk mendekorasi ruangan dengan nuansa Natal dan Tahun Baru. Tak hanya itu hotel juga sudah menambah alokasi untuk menerapkan protokol kesehatan.

“Hotel sudah keluar biaya untuk dekorasi natal. Bahan, baku hidangan juga sudah telanjur stock. Bahan disinfektan juga sudah disiapkan,” kata dia.

Pihaknya berharap dapat memenuhi target okupansi sebesar 45%. Namun, ia tidak mau mematok target tinggi untuk Natal dan Tahun Baru kali ini. “Harapan kami bisa terisi 45%. Kami tidak muluk-muluk untuk liburan Natal dan tahun baru kali ini,” kata Deddy.

Deddy menambahkan bahwa saat ini banyak hotel yang memberikan promo bagi warga DIY untuk melakukan staycation di hotel-hotel. Harga promo bervariasi, antara Rp 150.000 sampai Rp 6 juta per malamnya. Staycation ini menyasar wisatawan lokal sekitar Yogyakarta untuk melakukan liburan di sekitar Yogyakarta karena tidak membutuhkan syarat rapid antigen.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Okupansi Hotel di DIY Terjun Bebas, Hanya 5 Persen",
Penulis : Kontributor Yogyakarta, Wisang Seto Pangaribowo
Editor : Anggara Wikan Prasetya

 

Selanjutnya: Wonogiri zona merah! Selama Natal dan Tahun Baru, semua tempat wisata ditutup

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×