Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia (GIAA) mengaku dampak terbesar pada masa pandemi Covid-19 adalah ketika pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk menghentikan layanan umrah.
"Ada 10 hari terbang ke Jeddah dan Madinah, berangkat kosong pulang penuh," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam rapat virtual bersama Komisi VI DPR, Rabu (29/4).
Baca Juga: Terpapar corona, Garuda (GIAA) nego biaya sewa pesawat & minta restrukturisasi utang
Menurutnya, masih banyak masyarakat yang menjalankan ibadah umrah saat ada pelarangan mudik dari pemerintah. Maskapai telah berupaya melakukan lobi sehingga penerbangan tersebut bisa terlaksana.
Selain itu Irfan menjelaskan, sebagian besar kinerja pada kuartal I/2020 dipengaruhi oleh penutupan penerbangan ke China. Total perseroan memiliki 13 rute penerbangan per pekan yang harus ditutup ke Negeri Tirai Bambu.
Pihaknya memprediksi penurunan jumlah penumpang akan terjadi sepanjang Mei 2020 dan semakin drastis menjelang Idul fitri, usai Kementerian Perhubungan merilis Permenhub No.25/2020.
GIAA berkomitmen untuk terus melayani penerbangan internasional menuju Belanda, Jepang, Korea Selatan, dan Australia. Manajemen akan terus memonitor frekuensi dan jadwal penerbangan secara periodik.
Baca Juga: Strategi Garuda Indonesia (GIAA) tetap bertahan setelah dilarang angkut penumpang
Pihaknya juga mengakui tidak memiliki penerbangan khusus kargo. Namun, perseroan langsung mengubah rute penerbangan reguler ke kargo, karena terjadi penurunan jumlah penumpang secara drastis usai adanya larangan mudik.
Dia menuturkan relaksasi yang diberikan oleh Kementerian Perhubungan terkait dengan konversi pesawat penumpang menjadi kargo bisa menghidupkan kinerja maskapai.
"Apalagi Kementerian Perhubungan telah membuat regulasi yang mengizinkan bagi maskapai yang ingin mengubah konfigurasi pesawat penumpangnya menjadi angkutan kargo," kata Irfan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News