Reporter: Vendi Yhulia Susanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Garuda Indonesia menyebutkan dua faktor yang mempengaruhi biaya operasional transportasi haji.
"Nilai tukar rupiah dan fuel ini sangat rentan," kata Direktur Niaga PT Garuda Indonesia (Persero), Pikri Ilham Kurniansyah, Kamis (5/12).
Baca Juga: Garuda geger, ini 5 kasus mencengangkan di maskapai ini
Sebab itu, pihaknya berharap nilai tukar rupiah saat musim haji tahun depan menguat. Serta harga avtur dapat turun. Pasalnya jika nilai tukar rupiah melemah dan harga avtur naik, maka ongkos operasional transportasi haji diperkirakan semakin tinggi.
Selain itu, Pikri meminta pihak terkait dapat memperhatikan operasional lainnya. Misalkan, terkait okupansi pesawat setelah mengantarkan jamaah haji ke Arab Saudi atau okupansi saat menjemput jamaah haji dari Arab Saudi. "Karena ini penerbangan niaga tidak berjangka (carter)," ucap dia.
Pikri mengatakan, untuk operasional transportasi haji tahun depan, akan dioperasikan Boeing 777-300 dengan kapasitas 350 penumpang, Boeing 747-400 dengan kapasitas 450 penumpang, Airbus 330-300 dengan kapasitas penumpang 360 penumpang, dan Airbus 330-200.
Baca Juga: Dewan komisaris Garuda Indonesia tetapkan Fuad Rizal sebagai Plt Direktur Utama GIAA
Tipe Boeing 777-300 hanya bisa digunakan di Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Kualanamu. Sedangkan, di luar kedua bandara itu menggunakan tipe Boeing 747-400, Airbus 330-300, dan Airbus 330-200. "Boeing 777-300 mudah-mudahan kita tambah kapasitasnya (menjadi) 440 seat," ungkap dia.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Polana Banguningsih Pramesti, berharap, stakeholder terkait dapat memberikan insentif terkait operasional transportasi haji.
"Saya rasa kalo dari stakeholder penerbangan ini memberikan insentif dalam upaya untuk memberangkatkan jamaah untuk haji barangkali akan sangat baik," kata Polana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News