kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gas bumi menjadi salah satu kunci penggerak ekonomi


Kamis, 19 Desember 2019 / 21:07 WIB
Gas bumi menjadi salah satu kunci penggerak ekonomi
ILUSTRASI. Pekerja memasukkan gas LPG kedalam tabung 3 kg di Stasiun Pengisian Bahan Bakar LPG Makassar di kawasan Terminal BBM Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/10). Setiap hari terminal tersebut memproduksi 22 ribu tabung 3 kg berisi gas dengan kapasitas 60-70


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemanfaatan hilir gas bumi menjadi salah satu kunci penggerak ekonomi, baik untuk sektor industri maupun rumah tangga. Selain menjadi sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan, produksi gas bumi dalam negeri pun melimpah. Tak heran, energi dari gas bumi kian diminati.

Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Jugi Prajogio mengungkapkan, gas bumi berperan sangat strategis. Selain dapat memperkokoh ketahanan energi, kata Jugi, gas bumi menjadi andalan dalam meminimalisasi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquified Petroleum Gas (LPG).

Baca Juga: Medco Energi (MEDC) bidik kenaikan produksi tahun 2020, apa rekomendasi analis?

"Jadi ini dapat menekan defisit neraca perdagangan dan juga dirasakan lebih efisien bagi pengguna gas bumi dibandingkan energi lainnya. Selain itu gas bumi juga lebih raham lingkungan," kata Jugi saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (19/12).

Jugi memberikan gambaran, dengan kondisi harga acuan minyak mentah Indonesia alias Indonesia Crude Price (ICP) saat ini yang sekitar US$ 60 per barel, maka harga gas pipa berada di angka US$ 8 - US$ 10 per mmbtu.

Dengan asumsi ICP yang sama, harga dari sumber energi lain lebih tinggi. Compressed Natural Gas (CNG) misalnya, berharga US$ 11-US$ 15 per mmbtu.

Baca Juga: Penerimaan pajak tergerus realisasi penerimaan PPh migas yang turun

Sedangkan harga Liquefied Natural Gas (LNG) retail seharga US$ 16-US$ 20 per mmbtu. Sementara harga untuk solar dan LPG lebih mahal, yakni sekitar US$ 23 per mmbtu.

Wakil Ketua Komite Industri Hulu dan Petrokimia Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Achmad Widjaja mengamini hal tersebut. Kepada KONTAN, Achmad sebelumnya mengatakan bahwa peran gas bumi tak tergantikan. Bagi sebagian sektor, gas bumi tak hanya menjadi bahan baku, melainkan juga sumber energi paling efisien.

Achmad menjelaskan, ada tiga klasifikasi penggunaan gas bumi di industri. Pertama, gas bumi sebagai bahan baku khususnya yang digunakan di sektor pupuk dan petrokimia.

Baca Juga: Industri Petrokimia: Jawab Permintaan Domestik, Seimbangkan Devisa

Kedua, gas bumi sebagai energi yang terkait dengan proses, antara lain di sektor keramik, kaca, semen, dan sarung tangan karet. Ketiga, gas bumi sebagai bahan bakar, diantaranya untuk industri makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, kertas, ban dan kendaraan bermotor.

"Ketiganya penting, (gas) menentukan ketahanan energi, sama seperti kebutuhan pokok sandang, pangan, dan papan," ungkapnya.

Berdasarkan data yang disampaikan Achmad, kebutuhan total gas bumi untuk industri pada tahun ini mencapai 2.985,94 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). Jumlah itu diproyeksikan naik menjadi 2.993,23 MMSCFD pada tahun 2020 dan berada di atas 3.000 MMSFCD pada tahun 2025.

Baca Juga: SKK Migas ingin industri penunjang jasa migas terlibat dalam proyek Blok Masela




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×