Reporter: Andy Dwijayanto, Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri ritel Tanah Air sedang berduka. Dua perusahaan ritel ternama mulai berhitung untuk meneruskan ekspansinya di bisnis ritel secara offline. Mereka sadar bahwa saat ini pola belanja masyarakat sudah berubah.
Yang paling mengejutkan adalah PT Hero Supermarket Tbk yang sudah menutup 26 gerai, tak lama kemudian Central Department Store di NeoShoho Jakarta Barat juga bakal tutup.
Penutupan 26 gerainya lantaran PT Hero Supermarket Tbk (HERO) tengah menerapkan efisiensi. Sejauh ini dari 532 karyawan yang terdampak dari kebijakan efisiensi tersebut, sebanyak 92% karyawan telah mengerti dan memahami kebijakan efisiensi ini dan menyepakati untuk mengakhiri hubungan kerja.
Tony Mampuk, Corporate Affairs General Manager PT Hero Supermarket Tbk, mengatakan sebagian besar karyawan telah menerima dan menyepakati untuk mengakhiri hubungan kerja. Perusahaan juga telah memberikan hak sesuai dengan UU Kementerian Tenaga Kerja RI No 13 tahun 2003.
Adapun Central Department Store juga merasa bahwa pola belanja masyarakat berubah. Dimas Wisnu Wardana, Public Relations Departement Manager PT Central Retail Indonesia menyampaikan bahwa penutupan untuk menyesuaikan pola belanja masyarakat yang ingin lebih cepat dan efisien.
Perusahaan akan berfokus untuk menggarap omni channel kedepannya untu mengikuti demand yang ada. “Semenjak Central NeoSoho beroperasi, kami selalu berupaya agar gerai kedua kami tersebut dapat berkembang dengan hasil maksimal baik dari segi bisnis dan komersial,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (14/1)
Dengan ditutupnya gerai dari Hero dan Central Departement Store, maka tren penutupan gerai ritel terus berlanjut. Sebelumnya, pada tahun 2017 Ramayana menutup delapan gerainya, kemudian tahun 2018 Matahari menutup dua gerainya di Pasaraya dan Manggarai.
Selain itu, juga di tahun 2018 raja ritel PT Mitra Adiperkasa Tbk menutup gerai Lotus dan Debenhams.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News