kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

GIAA bidik kenaikan pendapatan rute internasional


Senin, 12 Juni 2017 / 21:50 WIB
GIAA bidik kenaikan pendapatan rute internasional


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Perusahaan penerbangan, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berharap kinerja kuartal II-2017 bisa lebih baik. Perusahaan plat merah ini akan memanfaatkan armada yang ada, meningkatkan efisiensi, serta meningkatkan pendapatan dari penerbangan rute internasional.

Pahala Nugraha Mansury Direktur Utama GIAA menyatakan pihaknya akan memanfaatkan armada yang dimiliki untuk peningkatan pendapatan. Saat ini, GIAA memiliki 144 pesawat Garuda, dan 44 pesawat Citilink. "Secara neraca dan likuiditas, masih sangat baik. Kami bisa memiliki hasil kerja operasional yang baik kedepannya," ujar Pahala, Senin (12/6).

Dia berkeyakinan, peningkatan revenue tersebut diiringi dengan peningkatan layanan. GIAA menggenjot perbaikan pada on time performance. Selain itu, GIAA juga mencatat kontribusi layanan penerbangan internasional saat ini cukup tinggi.

Pendapatan GIAA hingga April, 52% di antaranya berasal dari rute internasional. Dia menyatakan ada peningkatan jumlah frekuensi penerbangan internasional sekitar 13%.

Meski demikian, pihaknya tidak hanya berfokus pada layanan internasional saja. Namun, juga akan meningkatkan penjualan pada layanan domestik. Meskipun, pangsa pasar domestik juga digarap oleh armada Citilink sebagai low cost carrier.

"Passenger internasional Garuda bisa tumbuh sebesar 30% secara year on year ," terangnya.

Hal itu lantaran Garuda juga berupaya membuka rute-rute penerbangan internasional baru. Garuda juga tengah menanti izin Department of Transportation Amerika serikat mengenai rute penerbangan. Pihaknya masih belum mengetahui mengenai hasil proses meraih perizinan yang sudah dilakukan.

"Mereka sepertinya masih meminta masukan dari industrinya dan kami berharap mendapat izin untuk bisa masuk ke sana," imbuhnya.

Pahala menyatakan, kinerja pada kuartal 2 ini akan lebih baik. Lantaran ditunjang dengan adanya libur panjang. Selain itu, pada musim mudik tahun ini, juga akan memberikan kontribusi pada pendapatan GIAA. Termasuk di antaranya peningkatan jumlah penerbangan internasional.

Sebagai catatan, kinerja GIAA masih tertekan pada kuartal pertama tahun ini. Tercatat, emiten ini masih mencatatkan rugi bersih sebesar US$ 98,49 juta. Angka ini berbanding terbalik dengan kinerja periode yang sama tahun lalu, di mana membukukan laba bersih US$ 1,02 juta.

Sementara dari top line Q1-2017, GIAA mencatat pendapatan usaha sebesar US$ 909,45 juta. Angka ini naik 6,24% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, US$ 855,99 juta.

Salah satu yang menekan kinerja GIAA lantaran meningkatkan beban operasional penerbangan sebesar 23,82%. Pada tiga bulan pertama tahun ini, beban operasional penerbangan mencapai US$ 613,61 juta. Sementara pada tahun lalu, tercatat sebesar US$ 495,54 juta.

Salah satu beban operasional ini yakni berupa tingginya harga bahan bakar pesawat, avtur. Namun, beban biaya avtur agar sedikit berkurang. "Harga avtur ada penurunan sedikit di bulan April," ungkapnya.

Sementara itu, liabilitas jangka pendek GIAA pada kuartal pertama 2017 tercatat sebesar US$ 1,79 miliar. Sedangkan liabilitas jangka panjang GIAA pada kuartal pertama 2017 sebesar US$ 1,17 miliar. Sehingga total liabilitas GIAA tercatat US$ 2,97 miliar.

Bila dengan kurs Rp 13.200, maka utang GIAA mencapai Rp 39,24 triliun. Sedangkan total aset GIAA sampai dengan kuartal 1-2017 tercatat sebesar US$ 3,88 miliar. Nilai ini setara dengan Rp 51,30 triliun.

Dalam data RTI, debt equity ratio (DER) GIAA mencapai 325,5%. Meskipun demikian, Pahala menyatakan pihaknya berusaha untuk menjaga DER tersebut tetap di bawah 250%. Pihaknya juga belum berencana melakukan aksi keuangan lain seperti misalnya penerbitan obligasi untuk mere-financing utang. "Kami jaga di bawah 250% sampai dengan saat ini," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×