kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Giliran impor gandum untuk pakan dibatasi


Senin, 27 Juni 2016 / 17:10 WIB
Giliran impor gandum untuk pakan dibatasi


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Setelah membatasi impor jagung untuk pakan ternak, kini Kementerian Pertanian (Kemtan) mulai membatasi impor gandum untuk pakan ternak. Pembatasan itu mulai dirasakan sejak 16 Juni 2016 di mana Kemtan tidak mengeluarkan rekomendasi impor gandum untuk pakan ternak.

Padahal, kebijakan Kemtan membatasi impor jagung untuk pakan ternak telah mendorong peningkatan gandum sebagai substitusi jagung. Sebab, impor jagung pada semester I 2016 cuma 800.000 ton, atau separo dari realisasi impor jagung pada periode sama tahun 2015 sebesar 1,4 juta ton.

Sementara itu pada periode yang sama realisasi impor gandum untuk pakan ternak naik menjadi 2,5 juta ton, atau naik lebih dari 1.200% dibandingkan periode sama tahun lalu yang berkisar 230.000 an ton.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) mengatakan, industri pakan ternak sebenarnya tidak tertarik menggunakan gandum sebagai pakan ternak jika pasokan jagung tersedia. Sebab dengan menggunakan gandum, peternak harus menggunakan campuran lain yang butuh biaya tambahan agar ayam tidak mencret dan daging serta kakinya kuning.

"Sebab kalau hanya makan gandum, kaki dan telur ayam itu kan pucat dan itu tidak diminati konsumen di Indonesia," ujarnya kepada KONTAN, Senin (27/6).

Selain itu, selisih harga gandum dan jagung impor memang cukup tinggi. Di mana harga gandum pakan ternak impor harganya Rp 3.100 per kg dan harga jagung pakan ternak impor Rp 3.900 per kg. Tapi, selisih itu menjadi tidak berarti karena industri pakan ternak harus menambah enzim tertentu bila menggunakan gandum agar ayam tidak mencret dan hasilnya tetap bagus. "Jadi harganya sama saja, dan industri pakan ternak sebenarnya tidak suka pakai gandum," terangnya.

Ia menjelaskan, impor gandum sebagai subtitusi jagung masih tetap tinggi pada semester pertama 2016 kendati ada panen raya jagung lokal. Namun bila impor gandum untuk pakan ternak dibatasi pada semester kedua tahun ini, maka otomatis industri pakan ternak akan kesulitan mendapatkan bahan baku. Selain itu, pada semester kedua tahun ini tidak ada lagi panen raya jagung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×