Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Diam-diam, GlaxoSmithKline (GSK) Indonesia ternyata telah memangkas harga 28 obat yang dijualnya sebesar 15%-80% mulai 1 September 2010. Dengan memotong harga, perusahaan farmasi berbasis di Inggris itu berharap bisa menggandakan penjualan, plus menyehatkan lebih banyak lagi masyarakat Indonesia.
"Dengan turun harga, profit kami memang turun. Tetapi lebih banyak lagi pasien yang menggunakan obat kami. Kalau dengan harga lama katakanlah hanya 10 pasien yang kami obati, dengan harga baru kami bisa mengobati 20 pasien. Namun, pasien yang ingin menggunakan obat-obatan tersebut harus berkonsultasi dengan dokter," kata Pharma Business Unit Director GSK Indonesia Kent Sarosa, Senin (27/9).
Kent mencontohkan, pada Januari 2009 lalu GSK menurunkan harga Cervarix, obat kanker Cervix sebesar 50% dari harga Rp 1,1 juta menjadi Rp 550.000. Terbukti jumlah perempuan yang menggunakan obat pencegahan tersebut naik dua kali lipat.
Kali ini jenis obat-obatan yang diturunkan harganya terdiri dari produk paten maupun off patent untuk penyakit-penyakit seperti HIV/AIDS, asma atau penyakit paru obstruktif kronis, hepatitis B, epilepsi, penyakit gastro-intestinal, benign prostatic hyperplasia (BPH), diabetes serta antibiotik.
Menurut Kent, salah satu langkah yang bisa dilakukan GSK untuk menekan harga adalah menekan biaya produksi. Terutama dari sisi manufakturing.
"Secara ekonomi kalau volume naik, biaya turun. Selain menurunkan harga obat, GSK Indonesia juga memperluas jaringan distribusinya dari 21 kota menjadi 56 kota di Indonesia," imbuhnya.
Beberapa nama obat yang diturunkan harganya oleh GSK adalah obat asma dan penyakit paru Seretide Diskus 50 mcg/500 mcg dari Rp 392.700 menjadi Rp 160.800 atau turun 59%. Hepsera, obat infeksi Hepatitis B Kronis dari harga Rp 42.166 per tablet menjadi Rp 36.029 per tablet atau turun 15%. Zofran 8mg inj, dari harga Rp 158.400 menjadi Rp 32.800 atau turun 79%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News