Reporter: Leni Wandira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar makanan ringan di Indonesia dinilai masih memiliki prospek cerah, meski sempat melambat sepanjang 2023 akibat tekanan daya beli dan kenaikan harga bahan bakar.
PT Glico Manufacturing Indonesia, produsen Pocky, Pretz, dan Pejoy, melihat peluang jangka panjang tetap besar, seiring populasi generasi muda yang mendominasi konsumen. Hal itu disampaikan oleh Bhakti Priyana, Presiden Direktur PT Glico Manufacturing Indonesia.
“Indonesia pasar strategis karena populasinya besar dan mayoritas di usia produktif, terutama Gen Z yang memang menjadi target utama Pocky. Kami melihat konsumsi snack di Indonesia akan terus tumbuh, bahkan bisa menyalip Thailand yang lebih dulu menjadi basis Glico di Asia Tenggara,” ujar Bhakti Priyana dalam keterangannya, Jumat (22/8/2025).
Untuk menangkap peluang tersebut, Glico memperluas jangkauan distribusi dari modern trade ke tradisional trade, dengan menghadirkan produk berukuran kecil dan kemasan sachet.
Baca Juga: Tumbuh Single Digit, Ini Strategi Bisnis Glico Indonesia
"Modern trade sudah hampir penuh penetrasinya, sehingga sekarang fokus kami adalah ke pasar tradisional, terutama di Jawa yang merupakan pusat FMCG terbesar,” jelas Bhakti.
Saat ini distribusi Glico terbagi ke 70% modern trade, 25% tradisional trade, dan 5% e-commerce. Perusahaan juga memanfaatkan kolaborasi dengan berbagai mitra, termasuk restoran dan ritel independen, untuk memperluas kanal penjualan.
Sejak April 2023, pabrik Glico di Cikarang resmi beroperasi dengan kapasitas yang baru terpakai sekitar 50%. Dari produksi tersebut, sekitar 70% dipasarkan di Indonesia dan 30% diekspor ke Asia Tenggara serta Amerika Utara.
“Indonesia bersama Thailand adalah dua pasar terbesar Glico di Asia Tenggara. Bedanya, Indonesia baru mulai 2014, tetapi dengan percepatan pertumbuhan konsumsi, kami yakin kontribusinya akan terus meningkat,” ujar Bhakti.
Baca Juga: Begini Peluang dan Tantangan Industri Makanan dan Minuman pada Semester II-2025
Pabrik seluas 6 hektare tersebut juga telah memasang panel surya sebagai bagian dari target pengurangan emisi, sejalan dengan kebijakan keberlanjutan pemerintah Jepang.
Bhakti menilai, setelah fase perlambatan pada 2023, pertumbuhan pasar snack akan kembali pulih meski tidak setinggi periode pandemi.
"Tahun lalu pertumbuhan industri snack masih single digit, tetapi jangka panjangnya kami percaya konsumen akan beradaptasi. Industri ini akan tetap tumbuh positif,” jelasnya.
Untuk menjaga momentum, Glico menyiapkan sejumlah inovasi produk, termasuk peluncuran varian baru dan edisi terbatas Pocky khusus Indonesia.
"Strategi kami adalah inovasi, menjaga kualitas sesuai standar Jepang, serta memperkuat ekspansi distribusi agar produk kami semakin terjangkau bagi konsumen Indonesia,” tutup Bhakti.
Baca Juga: Industri Mamin Tumbuh Pesat, MoreFood Expo Siap Sambut Peluang
Selanjutnya: Hasil Investasi Industri Asuransi Jiwa Naik 38,4% pada Semester I-2025
Menarik Dibaca: Simak, Ini Pentingnya Keamanan dalam Transaksi Digital
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News