Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Di tengah kondisi harga batubara acuan yang melanjutkan tren penurunan dalam beberapa bulan terakhir ini, PT Golden Energy Mines Tbk memasang target konservatif. Sepanjang tahun lalu, mereka berhasil memproduksi sebanyak 20 juta ton batubara.
Presiden Direktur Golden Energy Mines, Bonifasius mengatakan sementara ini mereka juga membidik angka yang sama dari tahun sebelumnya yaitu 20 juta ton batubara. Ia bilang, apabila di pertengahan tahun nanti harga batubara mulai membaik, mereka akan mengajukan penambahan kuota produksi dan penjualan ekspor.
"Target kita hampir sama, kalaupun naik tidak terlalu besar, kecuali di kuartal pertama atau kedua nanti harga membaik, kita akan tingkatkan," ujarnya pada Kontan.co.id, Senin (14/2).
Saat ini, sambungnya harga dari produksi batubara yang memiliki kalori sebesar 4.200 kkal/kg berkisar US$ 32 hingga US$ 34 per ton. Oleh karena itu, mereka memilih untuk melihat kondisi pasar terlebih dahulu sebelum memutuskan mengerek produksi batubara.
Lantaran adanya penurunan permintaan dari pasar China, pada tahun ini emiten berkode saham GEMS ini juga akan meningkatkan penjualan ke India. Asal tahu saja, sebelumnya sekitar 40% batubara mereka dipasarkan ke China, kemudian disusul penjualan ke pasar domestik, dan selanjutnya pasar India.
Selain itu, mereka juga menyasar pasar anyar seperti Korea, Vietnam, dan Malaysia. Ia mengungkapkan total cadangan batubara mereka sebesar 630 juta ton atau masih bisa untuk produksi 30 tahun mendatang.
Sebagai informasi, pada tahun lalu mereka baru saja menuntasakan akuisisi tambang bartubara. Perusahaan tersebut adalah PT Dwikarya Sejati Utama dan PT Duta Surana Internusa. Lalu ada PT Unsoco dan PT Barasentosa Lestari.
Ia menuturkan pada tahun ini GEMS membidik produksi sebesar 800.000 ton hingga satu juta ton batubara dari tambang yang baru saja diakuisisi tersebut. Sementara itu, pada tahun lalu dari tambang hasil akuisisi ini mereka memproduksi sekitar 300.000 ton batubara, batubara ini memiliki kalori sebesar 4.800 hingga 5000 kkal/kg. "Saat ini harganya sekitar US$ 53 per ton," imbuhnya.
Dengan produksi batubara dengan kalori yang cukup tinggi, menurutnya hal ini bisa menjadi strategi mereka dalam bisnis jangka panjang. "Kalau sekarang kontribusinya masih kurang dari 10%," ujarnya.
Sebagai salah satu strategi dalam kondisi harga batubara yang semakin turun, ia menambahkan perusahaan terus melanjutkan upaya efisiensi. Mengenai kendala, Bonifasius menjelaskan sementara ini cuaca masih menjadi kendala pada kuartal pertama 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News