Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah menggandeng sejumlah institusi dan swasta untuk mengembangkan vaksin merah putih.
Untuk kebutuhan hilir vaksin, selain PT Bio Farma (Persero) Menristek sudah mengajak beberapa perusahaan swasta yakni PT Biotis Prima Agrisindo, PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC), PT Daewoong Infion, dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
Gotong royong antara farmasi pelat merah dengan swasta diharapkan dapat mewujudkan kemandirian vaksin dan memenuhi kebutuhan di Tanah Air, baik untuk saat ini dan di masa yang akan datang.
Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir mengungkapkan sudah mendengar kabar bahwa akan ada enam perusahaan yang ikut mengembangkan hilir vaksin merah putih. "Namun, karena semua perusahaan tersebut belum memiliki kemampuan produksi vaksin, tentunya butuh waktu untuk kesiapan fasilitas produksi, penguasaan teknologi, dan kesiapan SDM," jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (14/2).
Adapun saat ini Honesti tidak menampik bahwa Bio Farma masih membutuhkan investasi untuk penambahan kapasitas produksi dan adopsi teknologi baru.
Baca Juga: Sanksi bagi yang menolak vaksinasi Covid-19, pemberian jaminan sosial bisa distop
Pasalnya, saat ini kapasitas produksi vaksin Bio Farma hanya sampai 250 juta dosis hingga akhir tahun 2021. Di sisi lain, Bio Farma baru bisa memproduksi dua platform vaksin, yakni inactivated virus seperti Sinovac dan protein rekombinan yang dikembangkan Lembaga Eijkman.
Mengenai dana yang dibutuhkan untuk kapasitas menambah kapasitas produksi vaksin, Honesti mengakui Bio Farma sudah mendapatkan dukungan pendanaan dari pemerintah dengan Penyertaan Modal Negara (PMN) di akhir 2020 lalu. Bio Farma mendapat dana senilai Rp 2 triliun.
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) juga bakal berkontribusi pada hilir vaksin merah putih. Direktur Utama KLBF, Vidjongtius mengatakan secara fasilitas produksi, Kalbe mempunyai kapasitas yang bisa digunakan untuk memproduksi vaksin merah putih. "Mengenai jenis (platform vaksin) dan alokasinya kami serahkan kepada grup Biofarma dan kami akan menyesuaikan," jelasnya saat dihubungi terpisah.
Vidjongtius mengungkapkan Kalbe Farma menyiapkan kapasitas antara 25-50 juta dosis untuk vaksin merah putih. Adapun untuk hilir vaksin merah putih, KLBF tidak membutuhkan investasi yang besar karena menggunakan kapasitas eksisting.
Tidak hanya melakukan pengadaan vaksin Covid-19 saja, Kalbe Farma juga berkontribusi terhadap fasilitas distribusi rantai dingin vaksin Covid-19. Vidjongitus menegaskan, semua aktivitas yang berhubungan dengan vaksin Covid-19 dikooridnasikan oleh Kadin sehingga KLBF siap berpartisipasi sesuai dengan kebutuhan.
Asal tahu saja, saat ini vaksin merah putih sedang dikembangkan di sejumlah platform yakni adenovrius, DNA, mRNA, dan VLP (Virus-Like-Practicles). Melansir data Kemenristek-BRIN per November 2020, sejumlah institusi sudah bermitra dengan industri, rinciannya sebagai berikut.
LIPI mengembangkan platform teknologi Fusi Rekombinan Protein menggandeng PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC). Kemudian UNAIR mengembangkan platform Adenovirus dan Adeno-Associated Virus Based menggandeng PT Biotis Phrmaceuticals. Kemudian, ITB mengembangkan vector adenovirus dan proten rekombinan menggandeng Biotis.
Sisanya UGM mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan dan UI yang mengembangkan platform DNA, mRNA, dan VLP (Virus-Like-Particles) belum mendapatkan mitra industri.
Sebelumnya, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro dalam acara virtual mengatakan ke depannya Indonesia tidak boleh terlalu bergantung pada impor vaksin utuh termasuk bahan baku (bulk).
"Saya sudah berkomunikasi dengan Kementerian BUMN supaya Bio Farma memimpin suatu konsorsium dengan mengajak perusahaan seperti Biotis, Tempo Scan, Daewoong, Kalbe Farma untuk sama-sama memenuhi kebutuhan vaksin di Indonesia tidak hanya untuk Covid-19 tapi juga untuk vaksin penyakit lainya," jelasnya dalam acara virtual, Jumat (22/1).
Bambang mengatakan di masa depan Indonesia berpeluang besar dapat mengekspor vaksin. "Menurut saya sangat mungkin, sebab perusahaan seperti Biotis punya kapasitas produksi sampai 700 juta-1 miliar dosis pertahun," kata Bambang.
Selanjutnya: Lampu hijau vaksinasi Covid-19 untuk kelompok komorbid dan penyintas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News