Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah bioskop di Tanah Air terus bertambah seiring ekspansi usaha sejumlah perusahaan pengelola wahana hiburan tersebut. Salah satunya: PT Graha Layar Prima Tbk yang menjalankan bioskop CGV.
Emiten dengan kode saham BLTZ di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini akan membangun sebanyak 100 bioskop baru hingga tahun 2020 mendatang.
Bernard Kent Sondakh, Direktur Utama PT Graha Layar Prima Tbk mengatakan, saat ini, pihaknya sudah memiliki 35 bioskop CGV. Jika tak ada aral melintang, pada April 2018 mendatang, BLTZ bakal meresmikan gerai CGV ke-50.
Selanjutnya sampai akhir tahun 2018 nanti, Graha Layar menargetkan bisa merampungkan pembangunan 13 CGV anyar. "Kami mengejar tahun 2020 nanti bisa mencapai 100 bioskop," katanya kepada KONTAN, Senin (2/10).
Sayang, Bernard tidak menyebut alokasi dana yang untuk penambahan bioskop pada tahun depan. Berdasarkan catatan KONTAN, tahun ini, BLTZ memproyeksikan bisa meresmikan 12 bioskop baru. Bioskop tersebut antara lain berlokasi di Bandung, Tegal, Malang, Pekanbaru dan sejumlah kota lain.
Setiap bioskop membutuhkan investasi senilai Rp 20 miliar hingga Rp 40 miliar. Nilai investasi tergantung lokasi. Semakin strategis dan berada di kota besar, maka investasi semakin mahal. Besaran investasi juga tergantung jumlah layar per bioskop.
Jika tahun ini BLTZ membangun 12 bioskop baru, maka investasi antara Rp 240 miliar hingga Rp 480 miliar. Dana ekspansi bioskop diambil dari kas internal. Dana itu berasal dari hasil rights issue pada tahun 2016.
Kala itu, BLTZ mendapatkan dana segar sebesar Rp 650 miliar. Untuk melakukan ekspansi bakal mengambil dari profit dan mengandalkan pinjaman bank," ungkap Bernard.
Menilik laporan keuangan per semester I-2017, BLTZ berhasil membukukan pendapatan bersih hingga Rp 381,2 miliar atau tumbuh sekitar 38,8% dibanding periode sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 274,60 miliar. Adapun kenaikan pendapatan tersebut juga diikuti oleh kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 43,5% dari Rp 110,21 miliar menjadi Rp 158,23 miliar.
Adapun konstribusi pendapatan dari bioskop mencapai 67%. Sebagai informasi, bisnis BLTZ terdiri dari empat jenis yaitu bioskop, makanan dan minuman, acara dan iklan, dan lainnya.
Dari keempat jenis tersebut, bioskop masih berkontribusi paling besar terhadap total pendapatan, yakni mencapai Rp 257, 62 miliar, disusul oleh makanan dan minuman senilai Rp 88,65 miliar, acara dan iklan senilai Rp 32,01 miliar.Sisanya, atau lain-lain senilai Rp 2,95 miliar
Menurut Bernard, prospek bisnis film nasional ke depan akan semakin bagus. Itu sebabnya BLTZ getol membentangkan layar bioskop hingga ke sejumlah daerah. Apalagi tren sekarang masyarakat mulai menikmati produk film lokal. Bernard bilang, beberapa film Indonesia yang diproduksi tahun ini berhasil menggaet hingga satu juta lebih penonton. Salah satu di antaranya adalah film Sweet 20. "Tantangan utama dalam industri ini adalah ketersediaan film bagus," tukasnya.
Selain membangun bioskop baru, BLTZ juga bekerjasama dengan ritel Transmart milik pengusaha Chairul Tanjung. Hingga kini, BLTZ sudah menyewa delapan Transmart dengan jangka waktu 15 tahun. Seiring bertambahnya pembangunan Transmart, bakal bertambah pula bioskop yang dikelola BLTZ.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News