Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Proyek infrastruktur pemerintah adalah gula-gula nan menggiurkan. Tak terkecuali bagi PT Astra International Tbk, yang semakin fokus menggarap bisnis infrastruktur.
Maklum, setiap tahun, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalokasikan dana besar untuk proyek infrastruktur. Hal tersebut menjadi garansi besarnya aliran dana ke proyek infrastruktur yang digalang pemerintah.
"Kita mesti melihat potensi menggerakkan ekonomi daerah," ujar Gunawan Geniusahardja, Direktur Independen PT Astra International Tbk di Gedung Bursa Efek Indonesia, Senin (3/10).
Ada sejumlah proyek infrastruktur yang akan digarap serius Astra. Misalnya, lini bisnis jalan tol, pelabuhan dan bisnis pembangkit listrik.
Selain prospektif, sejauh ini kontribusi bisnis infrastruktur masih minim bagi total pendapatan Grup Astra. Segmen bisnis tersebut hanya menduduki peringkat kelima dari enam segmen bisnis Astra.
Untuk menggenjot bisnis infrastruktur, tahun ini Astra menyediakan Rp 4 triliun untuk membiayai ekspansi seluruh proyek tol. PT Marga Mandala Sakti dan PT Marga Harjaya Infrastruktur, misalnya, mendapatkan suntikan Rp 1 triliun untuk mengembangkan semua proyek jalan tol di Jawa.
Semua anggaran investasi tersebut adalah alokasi untuk melanjutkan pembangunan proyek jalan tol yang sudah berjalan. Astra belum berencana membidik proyek jalan tol anyar. "Kami membereskan yang sudah ada dulu," kata Wiwiek D. Santoso, Presiden Direktur PT Marga Mandala Sakti, saat dihubungi KONTAN Senin (3/10).
Terhambat tanah wakaf
Saat ini Grup Astra memiliki sejumlah proyek jalan tol. Sebut saja pembangunan jalan tol Jombang-Mojokerto atau yang semula bernama Kertosono-Mojokerto, sepanjang 40,5 kilometer (km).
Pasca mengoperasikan Seksi I, kini Astra berlanjut pada Seksi II yang menghubungkan ruas Mojokerto Barat-Jombang Utara. Astra masih harus membebaskan 40% lahan untuk Seksi II. Perusahaan ini menargetkan pembebasan lahan rampung semua pada awal tahun depan.
Wiwik menyatakan, pembebasan lahan masih menjadi hambatan utama kelanjutan proyek tersebut. Saat sekitar 40% lahan yang belum bebas merupakan tanah wakaf.
Persoalannya, pembebasan lahan wakaf relatif lebih sulit ketimbang lahan lain karena tak masuk dalam deregulasi pemerintah. "Mungkin harus diatur lagi, apabila lahannya dipakai untuk kepentingan umum," kata Wiwik.
Sementara pembangunan jalan tol Jombang-Mojokerto Seksi III yang menghubungkan ruas Mojokerto-Mojokerto Barat justru sudah selesai konstruksi.
Posisi Astra saat ini, menunggu pemeriksaan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Dengan asumsi surat BPJT kelar sebulan, mereka memperkirakan Seksi III bisa beroperasi bulan ini.
Proyek jalan tol lain yang juga masih berjalan adalah ruas Semarang-Solo sepanjang 72,6 km. Setelah Seksi I dan Seksi II beroperasi, fokus Astra beralih ke Seksi III. Target operasionalnya pada Desember 2016.
Di samping jalan tol, Astra mengembangkan pembangkit listrik. Perusahaan itu mendelegasikan tugas ke PT United Tractors Tbk. Bisnis ini sekaligus untuk menyiasati pelemahan bisnis alat berat dan turunnya harga batubara.
Salah satu proyek yang sedang disiapkan United Tractors adalah pembangkit listrik di Jepara, Jawa Tengah bersama dengan Sumitomo Corporation dan Kansai Electric Power. Target operasionalnya akhir tahun 2019 atau awal tahun 2020.
"Maka dari itu kami belum bisa ngomong kontribusinya karena tergantung perkembangan bisnis lain dalam Grup United Tractors," beber Sara Loebis, Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk kepada KONTAN, Senin (3/10).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News