Reporter: David Oliver Purba | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Perkembangan teknologi memang membawa angin segar ke Indonesia. Banyak bisnis baru berkaitan dengan teknologi berkembang pula di Indonesia, terutama di era 90-an. Perkembangan teknologi yang memikat ini membuat pengembang besar seperti PT Agung Sedayu Group tergiur.
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan dari perkembangan teknologi, pada 1991, Agung Sedayu Group membangun mal Harco Mangga Dua. Mal ini mereka sediakan untuk pedagang produk teknologi baik itu berupa elektronika, komputer, maupun produk teknologi informasi lainnya.
Dalam perkembangannya, mal Harco Mangga Dua berkembang pesat. Tahun berlalu, satu dan dua dekade terlewati. Harco Mangga Dua mencapai masa jaya.
Saat itu, pelajar atau mahasiswa di era 90-an dan 2000-an tentu akrab dengan sebutan Harco Mangga Dua ini. Inilah lokasi mencari elektronika dan komputer dengan harga miring.
Harco Mangga Dua berkembang hingga menjadi lokasi rujukan soal komputer atau perlengkapan elektronika lainnya. Tak hanya terkenal bagi mereka yang tinggal di Jakarta, tetapi Harco Mangga Dua tersohor hingga seantero Tanah Air.
Masa keemasan Harco Mangga Dua terjadi di era 2000-an. Semasa itu, sulitnya mencari lokasi parkir menjadi pemandangan biasa.
Namun kini, pemandangan itu tampak berbeda. Saat KONTAN berkunjung ke Harco Mangga Dua pada Selasa (29/9) lalu, pengunjung tak lagi sulit mencari ruang parkir.
Areal parkir sepeda motor atau mobil terasa lega karena jumlah pengunjung pusat belanja ini tak seramai tahun-tahun terdahulu. Namun, leganya lokasi parkir menjadi pertanda buruk bagi pedagang Harco Mangga Dua.
Pedagang mengeluhkan sepinya pengunjung. Bahkan, banyak kios di lantai 3 dan 4 kini tak lagi dibuka. Sebagian kios tutup dengan coretan spidol "dikontrakkan" atau "dijual" terpampang jelas di depan pintunya
Eddie Lieferdian Hasan, Wakil Ketua Asosiasi Harco Mangga Dua Computer Center (HMCC) bilang, jumlah kios di Harco Mangga Dua sebenarnya lebih dari 1.000 unit. Namun, kini, yang tutup sudah mencapai 20%-30% kios. "Sebagian berusaha menyewakan kiosnya," kata Eddie kepada KONTAN, Selasa (29/9).
Penutupan kios ini terpaksa mereka lakukan karena omzet mereka tak cukup lagi untuk membayar ongkos sewa. Jangankan membayar sewa, untuk bayar biaya perawatan gedung alias service charge saja kini pedagang mengaku mulai kesulitan. "Penjualan mereka turun," kata Eddie.
Karena omzet tak lagi seimbang, sebagian pemilik kios pilih menjual kios atau menyewakan. Informasi jual-beli atau sewa-menyewa kios di Harco Mangga Dua ini juga bisa kita temui di situs jual-beli properti.
Memang tak semua pedagang menutup kios. Sebagian masih banyak yang bertahan walaupun omzet terus menipis. Salah satunya, Jena Computerindo yang berada di lantai 4.
Reno, karyawan Jena Computerindo bilang, tahun-tahun sebelumnya, Ia bisa menjual 20 unit komputer per hari. Namun belakangan ini, cuma bisa melego 5 unit-10 unit saja per hari. "Setahun terakhir pengunjung turun. Yang datang rata-rata cuma tanya-tanya," keluh Reno.
Silvy pemilik toko Center PC di lantai 3 mengamini. Silvy bilang, faktor utama penurunan omzet karena rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Alhasil, "Kami harus menaikkan harga jual," jelas Silvy.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News