kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga aluminium naik, begini dampaknya ke prospek bisnis Inalum


Minggu, 12 September 2021 / 15:09 WIB
Harga aluminium naik, begini dampaknya ke prospek bisnis Inalum
ILUSTRASI. Suasana pabrik pengolahan aluminium milik PT Inalum (Persero)(KOMPAS.com/BAMBANG P. JATMIKO)


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum mengatakan, naiknya harga aluminium saat ini memberikan dampak positif bagi kinerja. Namun, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi perusahaan khususnya untuk pasar ekspor. 

Sophie Wattimena, Direktur Pelaksana Inalum memaparkan kenaikan harga aluminium di pasar internasional tentunya secara umum memberikan dampak positif bagi kinerja perusahaan. 

"Walau harga yang cukup tinggi saat ini belum bisa dipastikan secara jangka panjang di tengah kondisi dampak global pandemi yang belum stabil," jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (12/9). 

Kendati ada kondisi yang dapat memberikan katalis positif bagi Inalum, pihaknya tetap berhati-hati lantaran harga komoditas bersifat fluktuatif. 

Sophie mengatakan, pihaknya melaksanakan program efisiensi dan transformasi operasi guna mengantisipasi kondisi terburuk apabila harga aluminium menurun seperti pada saat awal-awal pandemi Covid-19. "Serta di sisi lain secara bersamaan terus meningkatkan daya saing perusahaan secara jangka panjang," tegasnya. 

Baca Juga: Proses pemisahaan Inalum Operating dan MIND ID masih berlangsung, ini kata MIND ID

Sophie memperkirakan, prospek bisnis aluminium masih sangat baik khususnya di Indonesia. Menurutnya, permintaan domestik masih jauh lebih besar dibanding kapasitas produksi yang ada. 

Sophie memproyeksikan, permintaan aluminium akan semakin meningkat seiring dengan pelonggaran kebijakan PPKM di Jawa Bali serta kondisi ekonomi global yang juga sudah mulai pulih termasuk di Eropa, Amerika, serta negara lainnya. 

Secara umum, Sophie mengungkapkan, permintaan aluminium masih baik. Namun, ada tantangan yang harus dihadapi Inalum khususnya ke pasar yang berorientasi ekspor. 

Dia bilang, kondisi awal-awal PPKM level 4 di mana ada pembatasan pergerakan dan produksi, lockdown di beberapa tempat/negara serta keterbatasan kapal dan kontainer, sedikit mempengaruhi pasar yang berorientasi ekspor. 

"Kondisi kelangkaan kapal serta kontainer serta naiknya biaya shipping yang sangat tinggi akan mempengaruhi kemampuan penjualan atau pengiriman pasar ekspor. Sehingga potensi penjualan yang berorientasi ekspor akan sedikit tertekan," kata Sophie. 

Sepanjang tahun ini, Inalum menargetkan volume penjualan di level yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya yakni 250.000 ton. Angka ini sesuai dengan kapasitas produksi perusahaan. 

Sophie mengatakan, dari tahun ke tahun Inalum terus mengoptimalkan pendapatannya dengan memaksimalkan produksi dan penjualan Value Added Product (VAP) seperti billet dan alloy serta upaya penambahan kapasitas produksi yang akan efektif beberapa tahun ke depan.

Selanjutnya: Pemisahan Inalum Operating dan MIND ID berpotensi kelar di tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×