kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga ayam anjlok hingga Rp 9.000 per kilo


Sabtu, 03 Maret 2012 / 09:08 WIB
Harga ayam anjlok hingga Rp 9.000 per kilo
ILUSTRASI. Promo Richeese Factory hari ini 9 Maret 2021 menawarkan beragam menu serba pedas. Dok: Instagram?Richeese Factory


Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Hingga awal Maret ini, harga ayam terus merosot semenjak turun pada Februari 2012. Padahal, harga ayam mulai dari tingkat peternak hingga eceran sempat melejit pada awal tahun ini. Penurunan harga ayam lantaran masih rendahnya tingkat konsumsi daging ayam, sementara produsen ternak justru menambah kapasitas produksi.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan per tanggal 2 Maret 2012, harga rata-rata daging ayam broiler secara nasional sebesar Rp 24.574 per kg. Harga tersebut turun 3,6% dibandingkan harga rata-rata pada Februari yang mencapai Rp 25.496 per kg, atau turun 10,7% jika dihitung dari harga rata-rata bulan Januari sekitar Rp 27.535.

Achmad Dawami, Senior Vice President Head Of Broiler Division PT Ciomas Adisatwa mengatakan, harga ayam broiler hidup saat ini untuk wilayah Jawa dan Sumatera rata-rata harganya sekitar Rp 12.000, jauh lebih rendah dibandingkan bulan lalu yang Rp 14.000. "Bahkan, di Bali dan Sulawesi harga broiler hidup sudah turun menjadi Rp 9.000 per kg ," kata dia kepada KONTAN, Jumat (2/3).

Dia menilai, anjloknya harga ayam sampai sekarang ini disebabkan oleh dua faktor. Pertama, permintaan masyarakat terhadap daging ayam masih terbilang rendah. Meskipun pada 2011 tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging ayam meningkat menjadi 7 kg dari 5 kg per kapita per tahun pada tahun sebelumnya.

Menurut Dawami, angka peningkatan tersebut masih sangat jauh dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang tingkat konsumsi daging ayamnya mencapai 15 kg per kapita per tahun. "Demand terhadap daging ayam ataupun ikan di sebagian besar daerah di Indonesia masih kurang," imbuhnya.

Kedua, kebanyakan produsen ayam pada tahun ini meningkatkan kapasitas produksinya setelah pada akhir tahun lalu hingga awal tahun ini harga ayam sempat melonjak harganya, yakni mencapai Rp 17.700. Alhasil, pasokan daging ayam makin melimpah di pasaran.

Dawami bilang, PT Ciomas sendiri menargetkan peningkatan produksi hingga 19,5 juta ekor ayam dari produksi tahun lalu yang mencapai 120 juta ekor ayam. "Meskipun harga ayam saat ini rendah, kami tidak akan mengurangi target produksi. Kami harap akhir bulan ini harga kembali membaik," tuturnya.

Oyo Sarya, pemilik UD Amanah Berkah Mandiri Cirebon mengatakan, harga ayam di wilayah Jawa Barat dan Jabodetabek memang sedang tidak bagus. Meski begitu, pihaknya tidak berencana untuk mengurangi jumlah pasokan ayam broiler yang mencapai 6 ton per hari atau sekitar 4.000 ekor.

Saat ini, ayam broiler hidup dibanderol seharga Rp 12.300 per kg, atau turun 12,1% dari harga Februari lalu yang mencapai Rp 14.000 per kg. Dia memperkirakan, harga ayam berpotensi terus merosot lantaran nilai jual di beberapa pasar di Jabodetabek sekarang ini dibanderol seharga Rp 13.000 per kg.

"Untuk transportasi ke Jabodetabek butuh biaya Rp 1.800 per kg, sehingga akhir bulan nanti harga ayam broiler berpotensi anjlok mencapai Rp 11.000 per kg," kata Oyo. Padahal, harga produksi ayam broiler sekitar Rp 11.000 per kg. Dengan begitu, ia berharap agar pemerintah segera turun tangan menangani gejolak harga ayam agar tidak merugikan peternak.

Ketua Umum Pusat Informasi Pasar Unggas Nasional (Pinsar) Hartono mengatakan, naik-turunnya harga ayam baik di level peternak maupun eceran yang terjadi saat ini merupakan siklus yang wajar. Ia optimistis dalam dua pekan ke depan, harga ayam akan kembali menanjak, sebab asosiasi peternak di tingkat daerah telah melakukan langkah strategis untuk mengantisipasi gejolak harga di Bali dan Sulawesi.

Langkah yang dimaksud berupa meningkatkan fungsi rumah pemotongan ayam (RPA) dengan memasok ayam dari peternak agar disimpan di lemari pendingin hingga gejolak harga stabil, serta menyuplai pasokan bibit ayam berlebih ke daerah lain. "Harga ayam di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan masih stabil. Di Bali, saya lihat kecenderungannya juga bakal naik lagi," ujar Hartono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×