Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Batubara Acuan (HBA) bulan September dipatok US$ 49,42 per ton. Selain melanjutkan tren penurunan dalam enam bulan terakhir, HBA bulan ini sudah terperosok di bawah US$ 50 per ton dan menyentuh level terendah sejak 2016.
Kondisi pasar yang kelebihan pasokan (oversupply) diperparah dengan melemahnya permintaan (demand) akibat terhantam pandemi covid-19. Sejumlah emiten pun memasang strategi efisiensi untuk melakukan mitigasi. Hal ini bahkan dilakukan oleh produsen batubara berskala jumbo seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Baca Juga: Rata-rata harga jual emiten batubara turun, ini rekomendasi analis
Head of Corporate Communications Adaro Energy, Febriati Nadira mengatakan, fluktuasi harga batubara berada di luar kendali perusahaan. Oleh sebab itu, katanya, ADRO fokus terhadap upata peningkatan keunggulan operasional serta pengendalian biaya dan efisiensi.
Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan kinerja agar tetap solid. "Adaro memiliki model bisnis yang terintegrasi dan efisien dan telah terbukti sukses dalam menghadapi siklus batubara," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Rabu (2/9).
Nadira menyebut, pihaknya meyakini bahwa pilar-pilar bisnis non-batubara akan terus memberikan kontribusi yang stabil kepada ADRO serta menjadi penyeimbang volatilitas batubara. "Selain itu salah satu strategi kami yaitu mendiversifikasi bisnis mining dengan masuk ke bisnis coking coal," sebutnya.
Mempertimbangkan kondisi pasar batubara yang sedang tidak kondusif, ADRO pun merevisi panduan tahun 2020 dengan memangkas produksi menjadi 52 juta ton-54 juta ton, operasional EBITDA US$ 600 juta-US$ 800 juta, belanja modal US$ 200 juta-US$ 250 juta.
Di awal tahun, ADRO menargetkan produksi di angka 54 juta ton - 58 juta ton. Sedangkan untuk EBITDA operasional direncanakan sebesar US$ 900 juta - US$ 1,2 miliar. Sedangkan untuk belanja modal dianggarkan dalam rentang US$ 300 juta - US$ 400 juta.
Baca Juga: HBA terperosok ke bawah US$ 50 per ton, ini kata industri batubara
Dihubungi terpisah, Direktur PT ABM Investama Tbk (ABMM) Adrian Erlangga menyampaikan bahwa harga batubara saat ini sangat dipengaruhi oleh anjloknya demand yang disebabkan oleh koreksi ekonomi akibat pandemi covid-19. Sehingga, penanganan covid-19 dan pemulihan ekonomi akan sangat menentukan pergerakan pasar dan harga batubara. "Jadi index akan kembali pada saat ekonomi mulai normal, diharapkan di akhir tahun setelah vaksin bisa efektif," ungkap Adrian.
Di tengah tekanan saat ini, ABMM pun menjalankan strategi efisiensi. "Strategi kami tetap, memperbaiki operasi untuk menurunkan cost agar bisa bertahan," tegas Adrian.