Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pelemahan harga batubara sejak 2012 mendorong produsen batubara, PT Atlas Resources Tbk melakukan diversifikasi usaha. Mereka memilih masuk ke bisnis pembangkit listrik. Saat ini, emiten tambang berkode saham ARII ini tengah mengikuti empat tender pembangunan pembangkit listrik.
Presiden Direktur PT Atlas Resources Tbk Andre Abdi memaparkan, ke depan, Atlas bakal menjadi perusahaan yang bergerak di bidang batubara yang terintegrasi dengan perusahaan independent power producer (IPP) atau sebagai pengembang listrik.
Ini didukung linis bisnis ARII yang terdiri dari perusahaan perminyakan atau mining company lewat PT Optima Persada Energi dan semua anak usahanya. Misal PT Atlas Daya Energy akan menjadi penyuplai energi pembangkit serta menjadi kontraktor pembangun pembangkit listrik, Sementara, di PT Sriwijaya Bara Logistik akan memayungi infrastuktur pelabuhan dan jalan di Sumatera.
Direktur ARII Joko Kus Sulistyoko menambahkan, saat ini, lewat PT Atlas Daya Energy, ARII tengah mengikuti empat tender pembangunan pembangkit listrik tenaga uap di mulut tambang atau mine mouth coal power plant.
Keempat pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Mulut Tambang itu adalah: PLTU Sumbagsel I berkapasitas 2x150 Megawatt (MW), lalu PLTU Sumsel I, berkapasitas 2x300 MW, PLTU Bengkulu 2x100 MW, dan PLTU Sumsel 10 berkapasitas 2x600 MW.
Adapun tiga tender PLTU, yaitu PLTU Sumbagsel I, PLTU Sumsel I dan PLTU Bengkulu masih dalam tahapan prakualifikasi. Sementara k tender PLTU Sumsel 10 sudah dalam tahapan pengajuan proposal penawaran.
Sekretaris Perusahaan ARII Aulia Setiadi juga menambahkan, sejak tender dibuka November 2012 lalu, hingga kini pemerintah belum menerbitkan jaminan atas proyek itu. "Kami berharap dalam waktu dekat jaminan pemerintah itu bisa segera diterbitkan," ungkap dia dalam public expose di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis (11/12).
Dia mensinyalir, tak kunjung keluarnya jaminan itu dipicu belum adanya kepastian soal kalori batubara untuk PLTU Mulut Tambang tersebut. Saat ini, masih jadi ada perdebatan kalori batubara untuk PLTU yakni dengan kalori di bawah 3.000 kilo kalori per kilogram (kkal/kg) atau kalori 4.000 kkal/kg.
Meski demikian, jika anak usaha ARII memenangkan tender PLTU Mulut Tambang Sumsel 10, pihaknya akan menggunakan batubara dengan kalori 3.000 kkal/kg yang berasal dari Hub Ogan Komering Ulu sesuai dengan request for proposal PLN. "Namun besaran kalori itu merupakan kebijakan pemerintah, dan kami akan tunduk dengan proses itu," imbuh dia.
Bila pemerintah menetapkan ARII menjadi pemenang tender, pihaknya akan membentuk tim yang memiliki kualifikasi di bidang PLTU. Perusahaan juga akan menggandeng mitra perusahaan asal Jepang, Toyota dan perusahaan power plant terbesar di Eropa Venosa. "Investasi untuk pabrikasi pembangkitnya saja mencapai US$ 1,5 miliar per unit," jelas dia.
Di bawah bendera Atlas Daya Energy, ARII juga memiliki anak usaha bernama PT Hanson Energi yang segera menandatangani kontrak baru penjualan batubara ke PLN, yaitu untuk PLTU Pangkalan Susu di Medan dan PLTU Pelabuhan Ratu di Sukabumi.
Kapasitas masing-masing 1 juta ton batubara per tahun. Kontrak ini memiliki periode 20 tahun dan harga Rp 500.000 per ton.
Menurut Andre, Atlas tahun depan menargetkan produksi sebesar 4,3 juta ton batubara karena mendapat order dari dua pembangkit PLN. Angka ini lebih gede dari tahun ini 3 juta ton. Demi menggenjot produksi, ARII menyiapkan belanja modal US$ 34 juta pada 2015. "Dana itu untuk membangun proyek penunjang produksi," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News