kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga batubara Desember turun, apakah bisa balik ke US$ 100 per ton?


Senin, 03 Desember 2018 / 18:18 WIB
Harga batubara Desember turun, apakah bisa balik ke US$ 100 per ton?
ILUSTRASI. Bongkar muat batu bara dari kapal ke truk


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Harga Batubara Acuan (HBA) kembali melanjutkan tren penurunannya, dan menjadi yang terendah selama enam bulan terakhir. Pada bulan Desember, HBA dipatok sebesar US$ 92,51 per ton, atau turun 5,51% dibandingkan HBA bulan November yang ada di angka US$ 97,90 per ton.

Menurut Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerjasama Kementerian ESDM Agung Pribadi, penurunan HBA ini masih dikarena faktor yang sama. Yakni pengaruh dari pasar global, khususnya akibat pembatasan kuota impor batubara oleh pemerintah China, dan juga ditambah dengan lesunya permintaan dari pasar India, sehingga ada kelebihan pasokan batubara dari Indonesia.

Sebagai informasi, China dan India memang menjadi pasar dominan ekspor batubara Indonesia. Berkaca dari data per 31 Agustus 2018 lalu, ekspor batubara ke China mencapai 44,5 juta ton atau sekitar 31% dari total realisasi ekspor batubara Indonesia pada periode tersebut.Sementara di posisi kedua ada India dengan 29,23 juta ton, dan disusul Jepang dengan 16,73 juta ton.

Namun, Agung yakin, pada awal tahun depan, harga batubara akan kembali meninggi pada kisaran harga US$ 100 per ton. Hal itu bisa terjadi karena naiknya permintaan yang menyesuaikan dengan faktor musim dingin, serta otoritas China yang akan kembali membuka pelabuhan untuk impor batubara. "Tren kenaikan harga akan kembali terjadi karena faktor permintaan dan musim, serta saat impor dari China kembali dibuka," kata Agung, Senin (3/12).

Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia, tren penurunan harga ini rentan menimbulkan ketidakpastian dalam menentukan proyeksi produksi dan penjualan perusahaan batubara di tahun depan. Hendra pun tak dapat memprediksi apakah pada awal tahun depan harga bisa kembali pada kisaran US$ 100 per ton atau tidak.

Namun, ia tetap berharap tren harga akan kembali bertengger pada kisaran itu. "Harapannya sih seperti itu, tapi apa dapat kembali kekisaran US$ 100 per ton ke atas, saya kurang tahu persisnya," kata Hendra.

Hendra memang membenarkan, turunnya hara batubara lebih banyak disebabkan karena turunnya indeks batubara kalori rendah akibat pembatasan impor dari otoritas China. Sedangkan secara statistik HBA bulanan, penurunan HBA Desember ini juga dipengaruhi oleh turunnya rata-rata indeks bulanan untuk ICI yang turun 3,61%, NEX turun 6,88%, GCNC yang turun sebesar 7,04% dan index Platt’s turun 3,73%.

Adapun, selama enam bulan belakangan ini, HBA bulan terakhir pada tahun 2018 ini memang yang terendah. Dibandingkan dengan HBA pada bulan Juli sebesar US$ 104,65 per ton, Agustus senilai US$ 107,83 per ton, September sebesar US$ 104,81 per ton, Oktober US$ 100,89 per ton, dan November US$ 97,90 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×