kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga bawang merah mahal, ini penyebabnya


Selasa, 23 Juni 2020 / 15:24 WIB
Harga bawang merah mahal, ini penyebabnya


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga bawang merah masih bertahan tinggi, Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) hingga Selasa (23/6) harga rata-rata bawang merah berkisar Rp 49.150 per kg.

Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari pun mengungkap, kenaikan harga bawang merah dalam beberapa waktu terakhir terjadi karena beberapa hal.

Baca Juga: Saat pandemi, pemerintah diminta prioritaskan sektor pertanian

Juwari menjelaskan, kenaikan harga ini disebabkan oleh musim tanam yang mundur sejak 2019. Menurutnya, masa tanam bawang merah yang seharusnya dilakukan di Oktober mundur di Desember karena pengaruh curah hujan.

"Karena mundur sampai Desember, akhirnya panen raya mundur menjadi Februari-Maret. Februari-Maret itu curah hujan tinggi, sehingga bawang merah itu banyak yang rusak untuk pertanaman Desember sampai Februari," jelas Juwari kepada Kontan, Senin (22/6).

Karena banyak bawang merah yang rusak, akhirnya benih yang disimpan petani pun berkurang. Tak hanya itu, akibat curah hujan yang tinggi produktivitasnya pun menurun. "Yang biasanya 1 hektare itu bias sampai 12 ton, kali ini hanya 6-7 ton per hektare, sehingga produksi kurang," lanjut Juwari.

Menurut Juwari, benih bawang yang dihasilkan pada Februari-Maret akan ditanam 2 bulan kemudian. Namun, mengingat benih yang dihasilkan di Februari dan Maret pun berkurang maka penanaman di Mei hingga Juni pun ikut berkurang. Dia menyebut, bila dibandingkan Juni tahun lalu dengan Juni 2020, penanaman bawang putih berkurang hingga 40%.

Baca Juga: Malindo Feedmill (MAIN) targetkan penjualan tahun ini minimal sama dengan 2019

Meski begitu, Juwari memproyeksi pasokan bawang merah sudah akan kembali normal pada pertengahan Juli hingga Agustus. Menurut dia, produksi yang dihasilkan saat masa tanam bias menghasilkan 12 ton per ha.

Sebelumnya,  Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan Suhanto pun mengatakan, dari informasi para pelaku usaha, penurunan pasokan bawang merah merupakan akibat dari masa tanam yang mundur, ditambah adanya gagal panen akibat banjir bandang di beberapa sentra produksi, serta penurunan produktivitas lahan hingga 50% akibat curah hujan yang tinggi. Tak hanya mempengaruhi produksi bawang merah, bibit bawang merah pun turut berkurang.

"Penurunan produksi  dimaksud juga berdampak pada kenaikan harga bibit dimana harga beli bibit yang tinggi berpotensi akan meningkatkan harga bawang merah yang akan dipanen pada periode selanjutnya," kata Suhanto, Jumat (19/6).

Baca Juga: Kurang terkenal, produk agribisnis Jawa Timur harus maksimalkan pemasaran digital

Namun, Kemendag mengatakan, dari informasi yang diterima akan ada kenaikan pasokan pada Juni karena panen raya di wilayah sentra produksi, dan dari data Kementan,  terdapat potensi produksi sebesar 86.474 ton di bulan Juni sehingga terdapat potensi surplus bawang merah sebesar 5.296 ton.

"Untuk itu, Kemendag terus berkoordinasi dengan Kementan untuk melakukan monitoring baik perkembangan pasokan bawang merah maupun ketersediaan benih bawang merah," kata Suhanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×