Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Hendra Gunawan
BANDUNG. PT Perusahaan Gas Negara (PGN) mengklaim kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium tidak memberikan dampak signifikan terhadap program konversi penggunaan bahan bakar gas (BBG).
Padahal selisih harga BBG dan premium cukup besar yakni BBG Rp 3.100 setara premium per liter dengan premium Rp 8.500 per liter.
Vice President Corporate Communication PGN Ridha Ababil mengatakan, minimnya minat konversi ke BBG ini karena kurangnya ketersediaan infrastruktur yang memadai seperti Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG). Menurutnya tidak adanya sustainability atau jaminan keberlanjutan program konvensi ini dikarenakan belum adanya insentif dan dukungan dari pemerintah .
"Apalagi saat ini, harga minyak dunia mengalami penurunan hingga US$ 60 per barel. Dengan harga minyak dikisaran US$ 100 per barel, harga BBG hanya sepertiga harga minyak. Kalau harga minyak turun, competitive advantage menggunakan gas akan semakin menipis. Investasi konversi BBM ke gas dengan kondisi harga minyak menurun menjadi tidak menarik," ujar Ridha, Jumat (5/12).
Meski demikian, kata Ridha, PGN tetap berharap pemerintahan Jokowi mempercepat jalannya konversi BBM ke BBG. Karena dengan pengurangan subsidi, masyarakat tetap akan mencari sumber alternatif energi lain.
Juru bicara PGN Irwan Andri Atmanto menambahkan, sejatinya pemerintah sudah meminta Pertamina dan PGN untuk bekerja sama membangun SPBG di SPBU yang sudah ada, dan lokasinya dekat dengan jaringan pipa milik PGN. Misalnya saja dikawasan Jabodetabek, sudah ada sekitar 73 SPBU yang lokasinya hanya berjarak paling jauh sekitar 1 kilo meter dari lokasi SPBU.
Untuk meningkatkan ketersediaan SPBG, PGN berencana bekerja sama dengan pemilik SPBU. Bentuk kerjasamanya, PGN yang memasok gas dan pemilik SPBU menyediakan dispenser gasnya. Atau bisa juga PGN yang memasok gas dan menyediakan dispensernya. " Mana yang paling baik bagi pemilik SPBU itu, nanti akan kami ikuti," kata Irwan.
Untuk pemasangan satu dispenser gas pada SPBU, diperkirakan menghabiskan dana sebesar US$ 1 juta dan memakan waktu pengerjaan antara 2 hingga 3 bulan.
Ridha berharap pemerintah terus mendorong konversi BBM ke BBG lewat insentif dan dukungan lainnya. "Intinya bagaimana caranya agar masyarakat mau menggunakan gas,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News