Reporter: Bernadette Christina Munthe |
JAKARTA. Operasi pasar yang berlangsung pada awal Juli dan perkiraan surplus beras sebanyak 5 juta ton rupanya belum berhasil meredam harga beras di pasaran. Kementerian Perdagangan mencatat harga beras medium di tingkat konsumen telah mencapai Rp 7.350 per kg pada akhir pekan lalu.
Nellys Soekidi Sekretaris Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) mengatakan saat ini harga beras IR 64-2 saat ini berada di kisaran Rp 6.900 per kg hingga Rp 7.000 per kg. Sementara IR 64-3 saat ini sudah mencapai Rp 6.700 per kg hingga Rp 6.800 per kg.
Harga ini terus naik meskipun pemerintah telah melakukan operasi pasar pada awal bulan ini. Pada saat OP dimulai 7 Juli lalu, PT Food Station Tjipinang Jaya mencatat per Kamis(7/7) harga beras IR-64 I Rp 7.200 per kg, IR-64 II Rp 6.650 per kg, dan IR-64 III Rp 6.200 per kg.
Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan meskipun tahun ini diperkirakan surplus , kenaikan harga ini kemungkinan dipicu oleh ketidaksesuaian kualitas pasokan dengan permintaan. Namun Hal ini dibantah oleh Nellys yang menyebutkan pasokan beras medium berjenis IR 64-2 mencapai 40% stok di PIBC dan IR 64-3 mencapai 20% stok, sesuai dengan permintaan konsumen yang sebagian besar mengonsumsi beras kelas menengah dan bawah.
”Harga terus naik karena harga dari daerah sudah naik Rp 300 per kg sampai Rp 400 per kg karena panen yang akan datang sepertinya panennya agak kurang,” kata Nellys ketika dihubungi kemarin.
Meskipun demikian, Nellys mengatakan pasokan beras masih cukup dengan rata-rata pasokan masih di atas 2000 ton per hari. Ia mengatakan realisasi impor yang akan berlangsung dalam waktu dekat ini bisa membuat para spekulan berpikir ulang kalau mau mempermainkan harga.
Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan pekan ini Bulog akan menandatangani kontrak impor beras sebanyak 500.000 ton dari negeri pengekspor beras ke dua terbesar di dunia ini. Jika tak ada halangan, mulai pekan depan beras impor asal Vietnam akan segera mengalir ke Indonesia.
Sutarto mengatakan untuk pengaturan distribusi ke daerah-daerah, saat ini Bulog masih terus mempertimbangkan kemampuan bongkaran masing-masing pelabuhan karena kemampuan penerimaan setiap daerah berbeda-beda. Namun dia mengatakan penyaluran beras ini terutama akan dilakukan di daerah-daerah yang membutuhkan.
”Stok di daerah sebenarnya masih aman untuk tiga bulan ke depan, tetapi daerah yang mendesak untuk ditambah stoknya mungkin di Papua, Sulawesi Tengah dan NTT karena tidak bisa dipasok dari daerah,” kata Sutarto, Senin(25/7).
Sutarto mengatakan beras impor dari Vietnam ini berjenis premium dengan kualitas patah 15%. Saat ini di pasar internasional, beras yang tersedia adalah beras dengan patah 5%, 15% dan 25%. ”Raskin atau beras medium yang broken 20%, tetapi tentu Bulog membeli yang lebih baik. Impor ini kan untuk menyediakan raskin dengan kualitas medium,” kata Sutarto.
Sutarto mengatakan sejak Januari hingga Juli 2011 Bulog telah menyerap beras dari produksi lokal sebanyak 1,359 juta ton dari target pengadaan Bulog 3,5 juta ton. Untuk menyerap beras produksi dalam negeri, Bulog telah menaikkan harga pembelian gabah dan beras rata-rata Rp 600 per kg di Jawa dan Rp 900 per kg di Aceh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News