Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kenaikan harga jagung di pasar internasional yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir berpotensi mengerek harga pakan ternak. Pasalnya, jagung merupakan bahan baku utama pakan ternak. Sehingga kenaikan harga jagung bakal berdampak pada biaya produksi pakan ternak.
Desianto Boedi Utomo, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) mengatakan, kenaikan harga jagung di pasar internasional bisa mengerek kenaikan harga pakan unggas sekitar 5% - 10%. "Meski terbantu oleh penguatan nilai tukar rupiah, namun harga kedelai dan jagung di luar negeri terus naik," katanya kepada KONTAN Selasa (18/3).
Seperti dikutip Bloomberg, kemarin (18/3), harga jagung di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) untuk pengiriman Mei 2014 di kisaran US$ 4,75 per bushel (1 bushel setara 25 kilogram). Padahal, akhir tahun lalu harga jagung untuk kontrak pembelian Mei 2014 masih US$ 4,331 per bushel. Tapi, kata Desianto, harga jagung lokal masih di level Rp 3.600 per kg.
Menurut Desianto, kisaran kenaikan pakan unggas jenis konsentrat akan naik sekitar Rp 500 per kg dan pakan jenis complete feed akan naik sekitar Rp 300 per kg. Asal tahu saja, saat ini harga pakan konsentrat sekitar Rp 7.500 per kg. Sedangkan harga pakan jenis complete feed sekitar Rp 6.500 per kg - Rp 6.800 per kg.
Desianto yang juga Vice President Feed Technology PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk bilang, jika pabrik-pabrik pakan unggas memutuskan untuk menaikkan harga pakan dalam satu bulan ke depan, maka Charoen juga akan menaikkan harga pakannya. "Mau tidak mau Charoen juga menaikkan," katanya.
Sayang, dia masih enggan membeberkan berapa besaran kenaikan harga pakan ternak yang akan dilakukan perusahaan. Yang jelas, kata Desianto, sejak awal tahun Charoen belum menaikkan harga pakannya.
Saat ini, harga pakan Charoen jenis complete feed untuk ayam pedaging (broiler) masa starter berkisar Rp 6.700 per kg sementara untuk broiler finisher yang juga berupa complete feed Rp 6.500 per kg. Selain itu, harga pakan ayam petelur (layer) terdapat dua jenis harga, yakni jenis complete feed Rp 5.100 per kg dan konsentrat sekitar Rp 7.000 per kg.
Tahun ini Charoen Pokphand menargetkan produksi pakan hingga 3,8 juta ton sampai 3,9 juta ton. Sementara realisasi pada tahun lalu sekitar 3,5 juta ton - 3,6 juta ton. "Sekitar 92% merupakan pakan unggas," ujar Desianto.
Harga sulit naik
Eko P. Sandjojo, Wakil Direktur Utama PT Sierad Produce Tbk bilang masalah yang dihadapi produsen pakan adalah bahan baku pakan yakni jagung dan bungkil kedelai dibeli dengan dollar Amerika Serikat (AS), sementara harga jual pakan dalam rupiah. Sehingga, fluktuasi nilai tukar sangat berdampak pada biaya produksi pakan.
Eko bilang saat ini perusahaan sulit menaikkan harga pakan lantaran permintaan ayam sedang turun sebagai dampak adanya bencana alam akhir-akhir ini. "Tidak mungkin harga pakan (feed) dinaikkan lagi dalam keadaan seperti ini, karena bisa mematikan peternak," ujarnya.
Dengan kondisi rupiah di atas Rp 11.000 per dollar AS seperti saat ini, kata Eko, idealnya harga pakan naik di atas Rp 1.000 per kg. Hanya saja, Eko bilang Sierad baru bisa menaikkan harga pakan Rp 500 per kg lantaran penurunan harga jual ayam hidup.
Dengan kenaikan harga pakan ini saja, tutur Eko, biaya produksi ayam broiler naik dari Rp 13.000 per kg menjadi Rp 15.500 per kg. Sementara, harga ayam hidup masih sulit naik dari Rp 15.500 per kg. "Kalau harga pakan dinaikkan lagi, peternak tidak akan bertahan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News