Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Test Test
JAKARTA. Harga komoditas kakao di sejumlah bursa berjangka internasional masih terus mengalami pelemahan selama tiga pekan terakhir. Harga kontrak kakao untuk pengiriman Maret 2012 pada penutupan perdagangan di bursa ICE Futures, New York pada Jumat (6/1) akhir pekan lalu tercatat US$ 2.028 per ton. Harga ini adalah tingkat terendah sejak April 2011 untuk kontrak ini.
Sementara itu bursa NYSE LIFFE, London pada waktu yang sama mencatat harga kakao untuk kontrak pengiriman Maret 2012 berada di level US$ 2.058,57 per ton. Ketua Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Piter Jasman mengatakan tingkat harga ini sebenarnya terhitung normal dibandingkan dengan harga yang sempat mencapai US$ 3.300 per ton pada 2011 lalu.
"Kenaikan harga tahun lalu karena ada kasus di Pantai Gading, sementara sebelumnya harga rata-rata kakao US$ 1.500 per ton. Jadi sebenarnya ini masih tingkat harga normal dan masih menguntungkan buat petani, industri maupun eksportir," kata Piter ketika dihubungi, Minggu (8/1).
Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) M. Hasjim mengatakan harga biji kakao non-fermentasi di tingkat petani kurang lebih sebulan terakhir mulai tertekan hingga ke tingkat Rp 13.000 per kg hingga Rp 14.000 per kg karena pelemahan harga di pasar internasional. Padahal hingga pertengahan November lalu, harga biji kakao masih berkisar Rp 17.000 hingga Rp 19.000 per kg.
Hasjim memperkirakan produksi tahun ini akan meningkat karena ada tambahan produksi dari perluasan areal perkebunan kakao baik dari Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional maupun dari swadaya petani. Hasjim sendiri mengatakan di wilayah Blitar terlihat ada penambahan luas areal tanam kakao meskipun data pastinya masih menunggu realisasi panen.
Pada sisi lain, curah hujan yang cukup tinggi pada awal tahun ini diperkirakan akan sedikit mengganggu produksi karena bisa menimbulkan hama penyakit. Namun Hasjim optimis harga kakao di tingkat petani pada musim panen raya pertama Maret mendatang justru akan terdongkrak ke tingkat Rp 17.000 per kg hingga Rp 19.000 per kg.
"Biasanya kalau musim panen raya harga justru membaik karena eksportir melihat ada efisiensi biaya angkut, karena di musim panen raya ini mereka mengangkut lebih banyak sehingga lebih murah. Jadi harga untuk petani bisa lebih baik," kata Hasjim ketika dihubungi KONTAN kemarin.
Piter memperkirakan pada tahun ini harga kakao akan tetap bertahan di atas US$ 2.000 per ton meskipun produksi Indonesia diperkirakan akan membaik karena cuaca akhir tahun 2011 yang lebih baik. Soalnya meskipun permintaan dari pasar Eropa dikhawatirkan melemah karena krisis utang, permintaan tetap akan bertumbuh terutama dari pasar China dan India yang diperkirakan akan meningkat 20%.
Selain itu masuknya investasi asing ke industri pengolahan kakao juga diperkirakan akan meningkatkan konsumsi dalam negeri di kisaran 10% hingga 20% dari rata-rata konsumsi nasional 50.000 ton per tahun. Piter berharap harga kakao tidak sampai menembus tingkat harga US$ 2.400 per ton agar tak memberatkan konsumen dan mengganggu permintaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News