kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi baru bakal dongkak produksi kakao olahan di 2012


Kamis, 22 Desember 2011 / 16:37 WIB
Investasi baru bakal dongkak produksi kakao olahan di 2012
ILUSTRASI. Pemerintah yakin Indonesia bakal pimpin Asean untuk recovery pasca pandemi.


Reporter: Dani Prasetya | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% pada produk primer membuat industri pengolahan kakao terpuruk. Sebab, produsen banyak yang langsung mengekspor biji kakao tanpa mengolahnya terlebih dahulu.

Untuk itu, pemerintah mencabut kebijakan itu lalu menerbitkan kebijakan pengenaan bea keluar biji kakao yang efektif berlaku sejak April 2010. Sejak itu, industri pengolahan biji kakao perlahan bangkit.

Apalagi dengan masuknya beberapa investasi pabrik baru dari luar negeri diprediksi bakal menambah produksi kakao olahan di 2012. "Makin banyak investasi baru maka kebutuhan biji kakao makin banyak," ujar Sekretaris Eksekutif Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Firman Bakri, Kamis (22/12).

Kapasitas produksi kakao olahan pada 2011 sebesar 600.000 ton per tahun. Investasi pabrik baru seperti dari Guan Chong Bhd asal Malaysia yang memiliki kapasitas pabrik sebesar 65.000 ton per tahun akan meningkatkan prediksi produksi kakao olahan di 2012 menjadi 720.000 ton.

Adapula kerjasama produsen produk coklat dan kakao asal Swiss,Barry Callebaut AG dengan PT Comextra Majora yang mendirikan perusahaan patungan PT Barry Callebaut Comextra Indonesia senilai US$ 33 juta berkapasitas 28.000 ton per tahun.

Produksi kakao pun bakal meningkat beroperasinya kembali beberapa pabrik kakao domestik yang sempat mati suri akibat pengenaan pajak pertambahan nilai pada produk primer tadi.

"Masih ada tiga perusahaan yang masih belum beroperasi. Kebanyakan bermasalah pada keuangan," ungkap Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Benny Wachyudi.

Ketiga perusahaan yang belum beroperasi itu meliputi PT Industri Kakao Utama (Kendari), PT Kopi Jaya Kakao (Makassar) dan PT Budidaya Kakao Lestasi (Surabaya).

Sementara, perusahaan yang beroperasi kembali yaitu PT Effem Indonesia (Makassar) berkapasitas 17.000 ton per tahun, PT Jaya Makmur Hasta (Tangerang) 15.000 ton per tahun, PT Unicom Kakao Makmur Sulawesi (Makassar) 10.000 ton per tahun.

Selain itu, PT Davomas Abadi (Tangerang) 140.000 ton per tahun dan PT Maju Bersama Cocoa Industries (Makassar) 20.000 ton per tahun.




Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×