Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam sepekan terakhir harga kakao di pasar internasional mengalami penurunan dari US$ 2.041 per ton menjadi US$ 1.887 per ton. Penurunan harga kakao ini merupakan akibat dari berlebihnya produksi kakao dari Pantai Gading, produsen kakao terbesar di dunia.
Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Pieter Jasman mengatakan, produksi kakao dari Pantai Gading melebihi target produksi saat ini, sementara permintaan atas kakao masih stabil.
Penurunan harga kakao internasional ini otomatis berdampak pada harga kakao di Indonesia. Penurunan harga ini berdampak besar mengingat produktivitas kakao di Indonesia masih rendah, atau sekitar 500 kg per hektare, sementara produktivitas kakao di Pantai Gading bisa mencapai 3 ton per ha.
"Sebenarnya kalau petani merawat pohonnya dengan benar, bisa menghasilkan 2-3 ton per ha. Sehingga kalau harganya kembali normal, tidak ada masalah. Di Pantai Gading, meski harga turun tidak ada masalah karena produksinya banyak," ujar Pieter kepada Kontan.co.id, Senin (11/12).
Pieter pun mengatakan, permasalahan yang dihadapi petani kakao di Indonesia saat ini adalah poho kakao yang sudah tua sehingga produksinya rendah, selain itu adanya hama Penggerek Buah Kakao (PBK) yang belum bisa diatasi. Karena itu, menurut Pieter, pemerintah harus hadir untuk menyelesaikan berbagai masalah tersebut.
Pieter mengatakan, harga kakao di dunia sulit diprediksi karena pengaruh pasokan dan permintaan yang tidak menentu. Meski begitu, menurutnya harga kakao masih memungkinkan untuk meningkat apabila permintaan atas kakao semakin menguat.
Sementara itu Pieter pun mengatakan bila produksi kakao di Indonesia belum bisa mempengaruhi harga kakao internasional. "Produksi kakao di Indonesia hanya 10% dari total produksi kakao di dunia," ujar Pieter.
Menurut Pieter, hingga saat ini industri kakao di Indonesia pun masih lebih banyak mengimpor biji kakao. Berdasarkan data yang dihimpun AIKI, hingga kuartal III tahun ini, impor biji kakao meningkat drastis sebesar 303%, dari 40.424 ton menjadi 162,924 ton.
Sementara, ekspor biji kakao menurun sebesar 14% dari 21.264 ton menjadi 18.647 ton. Hal ini menunjukkan adanya penurunan produksi kakao.
Meski begitu, pada kuartal III tahun ini ekspor kakao olahan meningkat sebesar 11% dari 198,025 menjadi 219.039 ton, sementara impor olahan kakao meningkat 21% dari 16.891 ton menjadi 20.402 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News