kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga karet murah belum dorong kinerja Kirana Mega


Senin, 02 Oktober 2017 / 10:17 WIB
Harga karet murah belum dorong kinerja Kirana Mega


Reporter: Abdul Basith, Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tren penurunan harga karet internasional tidak mempengaruhi kinerja penjualan PT Kirana Megatara Tbk (KMTR). Sebab perusahaan perkebunan ini mengaku membeli karet dari petani dan pedagang dengan harga yang yang memang rendah.

Direktur Operasional KMTR Daniel Tirta Kristiadi mengatakan, kinerja perusahaannya masih sesuai target. "Produksi kami untuk kuartal ketiga ini masih sesuai target," klaim Daniel tanpa menyebutkan angka pastinya. Dia juga enggan membeberkan realisasi produksi KMTR pada kuartal ketiga tahun ini.

Namun pada semester pertama 2017, KMTR mencatat produksi sebesar 250.000 ton atau 50% dari total target tahun 2017 yang sebesar 500.000 ton. Bila mengacu target sampai akhir tahun 2017, maka seharusnya produksi KMTR pada kuartal ketiga tahun ini tembus sekitar 375.000 ton. Daniel mengatakan dengan pencapaian saat ini, KMTR optimis target produksi 500.000 ton sampai akhir tahun akan tercapai.

Daniel bilang, harga karet dunia tahun ini di kisaran US$ 1,41 per kg masih tergolong tinggi bila dibandingkan tahun 2016 yang harganya sempat jatuh di harga US$ 1 per kg. Menurutnya penurunan harga karet selama ini dipengaruhi spekulasi pasar.

Seperti diketahui, pada kuartal ketiga tahun ini, harga karet dunia kembali mengalami penurunan di kisaran US$ 1,41 per kilogram (kg) dari sebelumnya sempat tembus US$ 1,51 per kg.

Dengan kondisi itu faktor penawaran dan permintaan tidak menjadi penentu satu-satunya harga karet global. "Justru petani yang paling menderita akibat penurunan harga karet," ujarnya kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Agar petani tetap untung, menurut Daniel, yang perlu ditingkatkan selain harganya juga produktivitas tanaman karet yang jauh tertinggal dibandingkan negera lain seperti Thailand. Saat ini, rata-rata produktivitas karet di Indonesia hanya sebesar 900 kg per hektare (ha) per tahun. Sementara Thailand mencapai 1.600 kg per ha per tahun.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, untuk mendongkrak harga karet, negara-negara produsen yang tergabung International Tripartite Rubber Council (ITRC) sepakat melakukan kolaborasi di bidang penelitian dan pengembangan teknologi. "Tujuannya mendorong penggunaan karet sebagai bahan baku di sektor transportasi, infrastruktur, olahraga, alat pertahanan, kesehatan dan barang konsumsi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×